Daisypath Anniversary tickers

Friday, 30 July 2010

To See Beyond The Imperfection

Malam ini Si Muka Lebar dan Chipz pergi menonton re-match final futsal antar Kantor Konsultan di daerah SCBD. Re-match ini dilaksanakan karena Juara satu di diskualifikasi. Tapi cerita kali ini bukan mengenai betapa serunya pertandingan sepak bola semalam, betapa hebatnya pemain nomor 10 (pemain favorit si Muka Lebar), betapa panasnya pertandingan (karena ada pemain yang tampak lebih tua berteriak-teriak di pinggir lapangan) dan betapa hebohnya supporter (kalah atau menang yang penting heboh dan punya toak, untungnya tim kita menang 6-2). Eniwei, selesai pertandingan dan foto-foto dengan pemain tim yang menang, kami berjalan keluar sambil mendiskusikan pertandingan seru tadi (tepatnya tingkah laku pemain lawan yang mulai panas karena waktu sudah mau habis dan skor tertinggal 3) dan lewatlah si pria baju merah di depan kami... flashback memori ke hampir 10 tahun yang lalu
----------------------------------------


Saat itu si Muka Lebar dan Chipz masi duduk di bangku SMP, baru saja kenaikan kelas 3, setiap anak mulai mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapin Ujian Akhir.

Formally, Chipz dan Si Muka Lebar saling mengenal karena pacar mereka bersahabat, segeng, yah begundal-begundal SMP lah, bersahabatnya pacar lantas tidak membuat mereka bersahabat. Cukup tau aja lah. Masa itu adalah masa dimana The Moffats dan Hanson sudah tidak terlalu terkenal lagi karena ada Linkin Park, bahkan Limp Bizkit sudah basi karena Wes Borland sudah keluar. Walau pun si Chipz masih mendengarkan Blink 182 dan Si Muka Lebar masih suka Eminem,

Revalina baru jadi Gadis Sampul Favorit dan Sigi Wimala juara satu Gadis Sampul. Masa-masa yang sungguh menyenangkan.
Suatu siang yang panas, disaat jam istirahat les-lesan . Si Muka Lebar diajak oleh temannya Erika, untuk meminta foto seorang pria yang saat itu model terkenal (selain model cover majalah juga produk mie&mie. Saking nge fansnya sampai si Erika sampe beli mie rasa spaghetti sekardus), kita meminta foto dari seorang anak yang “beruntung” ikut acara Camp Gadis (liburan majalah Gadis gitu deh) yang dihadiri oleh si model terkenal. Sebagai balasan, si anak yang beruntung meminta foto si model terkenal di acara fashion show yang didatangi Erika. Dan Si Muka Lebar akan minta foto si Model dari Si Anak beruntung dan Erika tanpa harus memberi apa-apa... (Hahaha *gak modal dari dulu*). Anak yang beruntung itu adalah Chipz. Itu pertama kalinya si Muka Lebar dan Chipz mengobrol, sebelum takdir mempertemukan mereka lebih jauh, membuat mereka sekelas saat SMA dan bersahabat hingga kini (halahh lebayyy...).

----------------------------------------

Oke, begitu melihat si pria baju merah, otomatis Chipz dan Si Muka Lebar saling lihat-lihatan, terkenang kembali ingatan masa lalu, mereka pun tertawa ngakak

“Tuh ada si cowo baju merah, gak mau foto kamu?” tanya Chipz
“Hahahaha... Gih sana kamu aja, dulu kan ngefans” Si Muka Lebar menolak
“Aneh ya, dulu ngejer-ngejer fotonya, sekarang orangnya di depan mata...
gak diapa-apain” kata Chipz
“That was years ago!” ucap Si Muka Lebar singkat.
Mereka pun berlalu sambil kembali membicarakan pertandingan tadi.


Begitu lah si pria baju merah yang ternyata adalah Mario Lawalata, tetap cakeb seperti dulu, masih terlihat muda, dan tidak berubah sama sekali. Tapi disaat itu Chipz dan si Muka Lebar lah yang sudah berubah, ternyata saat ini pria seperti Mario Lawalata tidak lagi dianggap menarik oleh Chipz dan Si Muka Lebar.


The idea of beauty and success are always changed time by time.
What we consider as beautiful today,
will not be the same with our concept of beauty in the future
Our judgement is depend on the value we learned and we accepted over years.

I used to think that my ex boyfriend is the coolest man on earth, he plays basket ball, he is tall and cute like Justin Timberlake (Yes, he was the member of N’SYNC, the Justin not my ex) and now, after several years we had this little conversation on YM, he was struggling with his final assignment, and had no idea what to do after graduated (so he is not really excited to get his final assignment done) and i had headache from works, the bills and Kaki Berbulu asked me to pick him up somewhere and i forget where is it. And realize that my ex, he is not that charming. I prefer some one more serious. And that was the reason i left him, i judged him as not good enough, not pay much attention to his study then he is not taking life seriously.

Then i fell with someone that really smart at high school. Smart means he will get better job for life and can take a good care of his family. Over years, i realized that I need some one that not only take a good care of me, i need some one that give me the freedom to do anything and someone that standing on his own foot. I need someone that more mature (financially, physically psychology matured). So we're seperated by the gap between the reality and the value i had. And here i am, loving someone until then, there will be a time, I finally judge him as not meeting my Mr. Right criteria then leave him.

By having this value grows up day by day and changes time to time,

will i always try to find someone that meets the criteria?

will i always think that this someone is not good enough?

or i simply just need to learn a new value of acceptance.

To accept all the imperfection and see it as a beauty.


Unfortunately the value i do not have until now.

well at least i write it, therefore i can read it and remember that i had to learn to see beyond the imperfection.


Wednesday, 28 July 2010

Just Wait and See What Happen

Ini kisah tentang ade gue, si Elix, yang waktu kecil kurus sekali seperti orang tertindas oleh kakaknya yang gendut, yang karena anak terakhir manja sekali kalo makan minta pom-pom (disuap nyokap) sampai kuliah. Tapi disini gue gak akan menceritakan kejelekannya, karena dia sungguh anak yang baik, taat beribadah dan rajin (hihihi).

Betul gak sih, jika kita tidak terlalu banyak menginginkan sesuatu kita pasti akan mendapat banyak. Logika gue, orang yang gak ngarep dapet apa-apa tiba-tiba dapet sesuatu, yah wajar itu dianggap "wow" karena pada dasarnya dia tidak ingin apapun. Tapi kalau kita hidup, katakan lah "tanpa keinginan" is it good? Well, it doesn't work for me.

Kalau gue hidup gak pengen apa-apa. Buat gue malah jadi gak punya tujuan, gue pengen punya rumah dan jalan-jalan jadi gue memberi satu tujuan (short term goal lah, long termnya mah gue pengen masuk sorga!). Karena pada dasarnya my best effort depends on how bad i want something. Lalu gimana orang-orang yang selalu mendapat sesuatu effortless?

Contoh paling dekat adalah Ade gue tersayang (tumben muji-muji ada apa sih?)

Adik gue adalah orang yang pasrah sabar dan tidak punya keinginan terkadang kurang paham dengan apa yang diinginkannya. Waktu kecil dia menang lomba modelling di Hari Ibu Kartini (padahal gue gagal total, bisa dibaca disini) dan saat itu dia bahkan tidak sadar apa yang dia lakukan.

Waktu SMA ditawarin sekolah ke luar negeri, ikut summer course, tapi emang dia gak mau. Waktu SPMB dia keterima di FK (well, this part engga effortless sih, she studied real hard, but still...), kata-kata pertamanya setelah "alhamdulillah" tembus spmb adalah "yaahhh...kode depannya XX, aku masuk FK..." dengan sedihnya (padahal ada jutaan orang lain yang nangis guling-guling gak keterima dan rela ngulang SPMB demi FK).

Gue selalu pengen di beliin mobil, tapi si ade gue ini udah 2 kali dapet, yang pertama hadiah SPMB dan yang kedua hadiah ulang tahunnya yang ke 21 (karena mobil hadiah SPMB-nya buat gue *akhirnya gue punya mobil! walaupun atas nama ade gue*). Dia bahkan gak bisa males nyetir.

Oke, menurut pengakuan dia juga sering merasa beruntung (atau orang lain membuat dia merasa beruntung) jadi dia punya TV butut di kamar, di pinjemin ke papah karena tidak ada TV di kamar papah, eh dia dapat TV plasma. Dia jadian sama cowo (yang konon katanya) digemari banyak wanita di kampusnya (anaknya baik, sayang ceking bukan selera gue lah!). Padahal dia biasa aja sama ni cowo.

Terakhir, dia ikut ngebantuin nyokap gue menjadi agen unit-link atau link-unit, yaitu investasi bentuknya adalah pelindung nilai (hedging) jadi kita menabung dengan bunga kompetitif sebagai keuntungan tambahan mendapatkan perlindungan asuransi. Menguntungkan deh! (Loh, jadi promosi). Dan well, sodara-sodara dia baru saja mendapatkan Blackberry, kalau ini gue tau banget ini hasil kerja nyokap. Tapi, ada undian Grand Prize keliling Eropa, and guess what? She won it
Some call it lucky, some call it fruit of patience,
me call it,
hey my sister win the grand prize!! take mee!
Jadi Elix adikku yang baik hati, hemat, dan tidak sombong
Pemenang itu kan tiketnya ada dua yah?
My advice is you should really consider to go with young girl however she has to be older than you, to watch you and take care of you, someone that is reliable, friendly and adaptable (kaya CV?!), someone that really knows "what to do" and "where to go" for the girls at twentysomething, someone like me?
happiness is real when shared
(sok-sok into the wild )

Pick Me! Pick Me! Pick Me!


Me! Me! Me!


This is my best effrot as ass licker (after sending bbm continously and i guess my sister would drop the F bomb on me if i keep bbm-ing her during her social works on remote village in the middle of nowhere, while she's checking on some greys butts, ears and teeth. Good luck sista' pls don't catch whatever they have, you have an important trip ahead, and there's no way anyone could go without you!)



I would go to the moon




Monday, 19 July 2010

Pick a dish!-May you be lucky?

Oke, sebelom mulai pembahasan, sebenarnya penasaran juga sama arti "Foodie". Menurut wikipedia

"Although the two terms are sometimes used interchangeably, foodies differ from gourmets in that gourmets are epicures of refined taste who may or may not be professionals in the food industry, whereas foodies are amateurs who simply love food for consumption, study, preparation, and news.[1] Gourmets simply want to eat the best food, whereas foodies want to learn everything about food, both the best and the ordinary, and about the science, industry, and personalities surrounding food.[2]"

Intinya kali ini mau cerita resto favorit si Muka Lebar dan Kaki Berbulu. Kita suka sekali Bakerzin. Di Jakarta kita selalu makan di Bakerzin Plaza Senayan, di Surabaya Bakerzin ada di Tunjungan Plaza IV (kita belom pernah coba makan di Surabaya tapi).

Well, Bakerzin ini sama halnya cafe-cafe lainnya yang menawarkan makanan dari west-east, dengan rasa yang oke banget tentunya. Kali pertama makan di Bakerzin, si Kaku Berbulu menjagokan Fried Oxtail Soup. Yang menurut dia enak banget. Si Muka Lebar memesan Oxtail Soup (original) yang menurut Si Muka Lebar rasanya saat itu agak amis, dan setelah diganti yang baru jejak amis masi ada. So, oxtail definitely not my favorite menu in Bakerzin.


Kedatangan selanjutnya si Muka Lebar mencoba peruntungan dengan pasta, mulai dari Aglio E Olio, yummy, rich, spicy dan yg paling penting gak terlalu oily. Selera si Muka Berbulu gak suka yang terlalu oily. Sekali waktu datanglah kita ke Bakerzin, dan Muka Lebar memesan Pesto Linguini Veal. How does it taste?

amazingly delicious.
intinya pasta dengan saus pesto served with spicy veal.
Saus pesto rasanya ok, ada spicy black pepper, sedikit oily, dan hal itu termaafkan karena ada tomat cincang segar, yang sudah dibumbui garam dan olive oil (napak basah sedikit oily dan gurih), dan di spicy veal yang di iris tipis, setengah matang, juicy, gurih dan pedas karena dilumuri bubuk cabe. Si pesto linguini with veal ini never let me down.
Selalu ok, rasanya setiap kesana!
Yummy!

Si Kaki Berbulu juga punya menu favorit baru, yaitu chicken cutlet with baby potato. Yang mana si Muka Lebar juga suka. Jadi boneless chicken, ditumis dengan kecap bawang dan dihidangkan di fried pan dengan roasted baby tomato.

I found this on my previous un-posted story
"We are lucky to find this new tasty menu in Bakerzin. We have ever tasted one dish like this in another restaurant, but this Bakerzin's Chicken Cutlet taste better. Soft, sweet and delicious. We are lucky! This chicken is our new favorite.

Finally, we decided to try our luck by ordering chicken wings. And it turned out we're not that lucky. It taste like frozen food, with funny smell (i said funny means it is not a good smell). It is just bad choice. Kaki Berbulu have to eat it with Chicken Cutlet sauce to add the flavor, it didn't work on me. I still cannot enjoy it. I guess we are not that lucky!"

Sisanya menu favorit Bakerzin adalah Baileys Cream Soufflé, yang rasanya mantab. Ingin mencoba dessert lain namun sayang sekali, dokat tak menunjang. Trus di kesempatan lain kita mencoba Apple pie/tart. Rasanya lumayan, cruchy, manis, gak lebay manisnya, cinammonnya kerasa, apelnya agak asem dan empuk. Tapi menurut muka lebar untuk apple tarlet, punya ninety nine the best deh...


So do you want to pick a dish? good luck!

Friday, 16 July 2010

To every best friend in the world

You've got a friend in me
You've got a friend in me

When the road looks rough ahead
And you're miles and miles
From your nice warm bed
You just remember what your old pal said

Boy, you've got a friend in me
Yeah, you've got a a friend in me

You've got a friend in me
You've got a friend in me

You've got troubles, and I've got 'em too
There isn't anything I
wouldn't do for you
We stick together and see it through
'Cause you've got a friend in me
You've got a friend in me

Some other folks might be
A little bit smarter than I am
Bigger and stronger too
Maybe
But none of them will ever love you
The way I do
It's me and you, boy

And as the years go by
Our friendship will never die
You're gonna see
It's our destiny
You've got a friend in me
You've got a friend in me
You've got a friend in me


In this concrete jungle, that i am away from family and home. I often feel like i am alone, no one understand me and blablabla (whatever makes you miserable and desperate). Finally after five 'feel like hell' days, in the end with the bad traffic, not enough parking lots available, and i look massed up (oh, i always do) but i don't care

i sit here not the coolest place in Town with a hot 'slow dropping' Vietnamese coffee and its 'can't you give me enough' condiments, the woman sits next to me drinks plain black coffee in the 'mang-mang mug', and the other 'not a coffee person' woman has choco lover, and most of the food we order is run out therefore we order any food available, we have our untitled conversation.

three of us just come from work with demanding clients, one has to design a super rich person's house and one has to deal with another super rich person's multi billions debt, and the last one has to figure out how the super rich person's can perform her business legally in the cheapest way so that she can save more of her multi billions debts and finally hire an architect to design her house.

and we were bitching about crappy love story, one who has a complicated love story, one who has unidentified 'love?' story (it is love or it is not love? but they DO have relationship for sure) and the other one won't bother to have a love story, "it will come by itself" she said.

we have nothing in common, since we're three different personalities and never try to be like one or another, but a story to tell and be lucky to found each other so that tonight we can share a good laugh.

a wise man said

"friend is a gift you give to your self".

Over a pair of new shoes wait, is it charistian louboutin?, Mango's dress or any fancy stuffs that girls love, i choose this untitled conversation.

Thursday, 15 July 2010

Randomly walking, incidentally having great dessert and finally watching 3D

Malam ini dengan semangat tinggi penghematan dan ingin hidup sehat
kami memutuskan untuk jalan kaki ke Grand Indonesia!


Ini adalah kedua kalinya kami berjalan ke Grand Indonesia. Kami mengambil rute yang sedikit berbeda, agak jauh dan melewati gang-gang gelap nan sempit. Maksud hati menghindari polusi udara, kami melewati gang motor, eh setelah berjalan di gang gelap nan sempit, ternyata ada yang membakar sampah sama aja dong. Polusi.
Kami kemudian keluar di Jalan Jendral Sudirman. Jalan kaki di jam pulang? Hmmm, pengalaman yang menarik, banyak pekerja menunggu bis di halte, banyak bis yang berhenti seenak jidat (padahal sudah ada halte, tapi bis yang datang kemudian, malah berhenti di sebelah bis yang sedang berhenti di halte, malah ada yang posisinya menyerong!), terotoar di Jalan Jendral Sudirman sunguh sangat lebar dan bagus, sayangnya terotoar tidak hanya dipakai pejalan kaki, tetapi juga sebagai jalanan motor (tukang ojek mungkin?), jelas mengganggu. Tapi diantara semua hal yang mengganggu, ada satu yang PALING MENGGANGGU.

BAU PESING.
Baru tau kalo ternyata pohon-pohon atau dinding bisa dijadikan tempat untuk buang air. Selain trotoar di Jalan Sudirman, Si Muka Lebar mendapati pengamen yang buang air di papan gedung di sebelah Halte Tosari, iuuhhh. Wow, betapa idiot besernya pria-pria itu?

Sesampainya di Grand Indonesia, kami masuk ke Harvey Nichols (dengan keringetan dan kumus-kumus) kami memutuskan untuk makan di Ranch Market yang baru buka dan ternyata Ranch Market tidak memiliki tempat makan ditempat (dine in?). Super lelah karena habis berjalan dan kaki pegal, di depan Ranch market ada Resto Ninety Nine, dan dengan implusif (lapar dan capek luar biasa setelah berjalan) kami memutuskan makan disitu.
Ninety nine adalah resto yang menyediakan beragam jenis makanan, pasta, steak, pizza, makanan indonesia. Dengan suasanya yang nyaman dan modern. Jadi ruang smoking terdapat di dalam dan ruang non smoking di luar yang open area dan orang bisa melihat apa yang kita makan (karena gue juga melihat makanan orang-orang).
Si kaki berbulu memesan oxtail soup yang digoreng dan si Muka Lebar memilih paket promo yaitu segala jenis masakan salmon (Australian salmon) akan mendapatkan dessert for free. Jadi lah Salmon with padang sauce ditemani shoestring fried rice dan dessertnya apple tarlet with vanilla ice cream. Minumnya kita yang biasa aja air mineral, dan ditengah-tengah makan kita pesan crushed berry tea, karena mupeng melihat orang yang minum itu.

Oke si oxtail datang, rasanya enak, kuahnya pekat, gelap dengan berbumbu terasa jelas dengan kentang tomat dan wortel tak lupa genangan minyak kuning yang jumlahnya wajar (termaafkan lah). Dagingnya sendiri digoreng, empuk dan si Muka Lebar berpendapat, banyak lemaknya (banyak juga dagingnya sih) jadi lumayan, nasi diletakan di dalam mangkuk (cara akan yang aneh), jadi ada 3 piring tempat sup dalam mangkok besar, tempat buntut dan mangkuk nasi (belom emping dan sambel yang dileakan di tempat terpisah). Meja langsung penuh. Tak lama kemudian ikan datang, Salmon Saus Padang, enak dan pedas. Ini baru namanya saus padang! Nasi goreng karena judulnya shoestring fried rice, Si Muka Lebar tidak terlalu optimis dengan rasanya, dan ternyata betul, nasi goreng pucat dengan serutan wortel dan bawang daun, dengan rasa yang anyep, oke pas lah dengan ikan saus padang yang sangat berbumbu. Ikannya cukup besar, segar dan enak. I considered it as i ate Salmon with the rice as side dish.
Selesai menu utama (Salmonnya tidak habis jadi dibungkus) kami masuk ke penutup. Crushedberry datang, stawberry yang dihancurkan dalam flavoured tea, dengan daun mint. Enak! Oke datang lah Apple Tarlet with Vanilla Ice Cream. Ya, ampun enak bangeeet! Apple tartnya masih hangat, dipotong menjadi empat bagian dengan apel yang empuk, taburan cinnamon, dan pie crust yang gurih dan renyah di pinggir. Baunya itu loh, cinnamon, vannila, dan asin butter, esnya dingin langung meleleh, hiasan karamel dibawah piring bersatu dengan lelehan Vanilla Ice Cream jadi super manis tapi tidak merusak rasa si Apple Tarlet tadi, ini enaaaaaakk sekali saudara-saudara (sampe mau nangis makannya.. oke lebay si Muka Lebar itu kelaparan namanya). What can be better than a warm sweet good smell delicious dessert with ice cream on top of it?
Selesai makan dengan hati senang, Si Muka Lebar menemukan (hasil pengamatan sambil jalan ke atas) bahwa si apple tarlet tadi sebenarnya terdiri lebih dari 4 potong, maksudnya di meja lain yang memesan menu yang sama Apple Tarletnya tampak lebih banyak, jadi Si muka Lebar asumsikan mungkin kalau promo hanya dapat sebagian.
Kami segera berjalan ke Blitz Megaplex. Oke, saat ini selain promosi kartu kredit buy 1 get 1 (seperti dalam cerita sebelumnya kami tidak memiliki CC yang berpromo buy 1 get 1) di Blitz Megaplex ada promo Blitz Summer Passport. Berlaku sampai Bulan September 2010. Sistemnya adalah apabila kita nasabah Bank CIMB Niaga kita dapat membeli Blitz Passport dan akan mendapat 3 tiket nonton untuk weekdays dan 2 weekend. Ditambah 5 kupon bonus (buy 1 get 1 3D, upsize popcorn, discount games dan souvenir, etc), Blitz Passport hanya bisa digunakan ditempat dibelinya Passport tersebut.
Ini tahun kedua kami membeli Blitz Passport dan sangat menguntungkan (lumayan lebih hemat), walaupun harga blitz passport tahun ini naik 25.000 IDR, tapi dapet voucher buy 1 get 1 untuk nonton 3D. Akhirnya malam ini kami memutuskan untuk menggunakan voucher buy 1 get 1 nonton 3D karena kami belom pernah mencoba nonton 3D di Blitz Megaplex.

Kami akan nonton Despicable Me.

Nnton 3D di Blitz memang beda (ya iya lah beda bioskop), kacamatanya lebih nyaman, karena seperti kacamata betulan dan bisa di dobel dengan kacamata kita. kualitas 3D juga lebih baik. Filmnya sendiri, cukup aneh dan lucu dan menarik. Tidak semengharukan Toys Story, tapi akhirnya so sweet, yah namanya juga film kartun.
Kami pulang larut malam, kenyang dan bahagia.

Kecuali bagian bau pesing (euh, it's gross)


Wednesday, 14 July 2010

Suroboyo the hottest city!

Oke, maksud hati ingin pulang agak lama tapi apa daya, hingga hari Jumat terakhir, cuti tidak juga diberikan, jadilah si Muka Lebar pulang ke Surabaya pada saat weekend, dan kembali hari minggu malam.
Surabaya kota pahlawan ibukota Jawa timur, kota panas yang sedang mulai berkembang. Sudah cukup lama tidak mengunjungi Surabaya (ya elah kaya udah satu dekade gak pulang padahal terakhir bulan Maret hihihi) tidak banyak yang berubah dari kota ini, padat dan banyak motor tetap sama. Perokok dimana-mana tetap sama. Tapi trotoar kota tambah bagus. Hebat!
Di rumah gue banyak perubahan yang berarti, cat rumah jadi peach-orange (aneh lah) yang kemudian gue tau ternyata nyokap salah cat. Pas mau makan pusing lagi, karena gelas, piring, sendok ,garpu, berubah semua tempatnya. TV ade gue ganti (gue ngungsi ke kamar ade gue karena AC kamar gue mati. Tinggal di Surabaya gak pake AC ugh! PANASNYA ITU @#^&$^*!!), dan gue gak tau nyalainnya gimana (maklum TV kosan masih TV tabung std yg tombolnya ada di depan semua) sampe gue harus sms "Lix, nyalain TV gimana?" si elix menjawab "pencet atasnya dodolllll!!!", ah, ternyata diatas ada tombol-tombol nyaru gak kelihatan, setelah dipencet-pencet, kok tetep ga bisa, di goyang-goyang TV-nya tetep gak bisa, diketok-ketok gak nyala juga. Oke sudah kehabisan akal "nyooonggg tipinya gemanaaaah nyalinnyaaa? kok gaaa bisaaaa?" si elix belum bales, oke mungkin dia kuliah (elix: emang lagi kuliah!!) ternyata setalah di cek, kabelnya belom nyolok... hihihi, akhirnya dengan penuh rasa bersalah gue sms "Lix, taunya kabelnya belom nyolok hihihi, sampe lebaran monyet juga ga akan nyala" si elix membalas singkat "bego". Yang penting TV nyala bisa nonton pengakuan Cut Tari dengan akting nangisnya yang palsu abis di infotaimen.
Surabaya adalah kota dengan biaya hidup yang relatif kecil. Gue suka makan di Surabaya soalnya murah! Makanan favorit gue selama di Surabaya adalah (yang murah dan enak):
1. Bebek Goreng
Bebek yang enak itu adalah Bebek Sayang Anak (ada di dekat Tugu Pahlawan di sebelah Kantor Pos Besar dan sebelum masuk Tol ke Bumimoro atau Gresik yang selurusan dengan Jalan Jakarta), Bebek Karang Empat (cabangnya sudah banyak), Bebek Kayu Tangan (di Bratang) dan Bebek IDI (di depan IDI lurusannya FKUA Jalan Dharmawangsa).
2. Kambing
Selain di Sunan Ampel, kambing yang enak ada di RM. Tempo Doeloe di Jalan Kertajaya. Kalau ke Jalan Kertajaya jangan lupa ada cendol enak di toko buah Hokky tepat sebelum RM Tempo Doeloe.
3. Makanan Surabaya
I am not a big fan of makanan khas Surabaya, karena bisanya mengandung lorjuk, cingur, rebung. Tapi kalau menemani tamu biasanya dibawa makan ke RM Bu Kris di Jalan Kayoon, depan Pom Bensin Pertamina, atau Rujak Cingur di Plaza Surabaya (Delta) yang letaknya tidak jauh dari Jalan Kayoon atau yang agak mewah sedikit di Jalan Kertajaya ada Rumah makan Handayani.
4. Soto
Dunia persotoan di Surabaya dikuasai oleh dua nama besar yaitu Soto Pak Sadi dan Soto Pak Djo di Jalan Manyar Jaya (depan toko buku Manyar).
5. Bakso
Oh, bakso enak ada di Bakso Purnama di Jalan (Lupa) dekat Sutos (di sudut jalan) atau bakso Tanjung Anom di dekat Tunjungan center atau di depan Grahadi. Ada juga bakso goreng Kristus Raja di depan Gereja Kristus Raja.
6. Es Krim
Surabaya punya tempat makan es krim yang terkenal Zangrandi, jangan sampai gak nyoba macedonia. Huuum, yummy. Zangrandi ada di dekat balai kota, di Tunjungan Plaza 3, di Galaxy Mall 1. Selain Zangrandi, ada juga es krim Mon Cherie (yang dulu katanya salah satu pemilik Zgrdi kemudian pecah jadi dua), Mon Cherie ada di Delta Plaza dan Royal Plaza.
7. Apa lagi ya? itu aja dulu. Nanti kalu ingat disambung lagi.
Gue suka juga di Surabaya karena tetangganya baik-baik, dulu J.co baru buka (dimana org pada ngantri 1 kilometer buat beli) tetangga gue ngasi satu kotak, tiap minggu pagi dikasi roti pita dan kari kambing, kalo ada yang bikin hajatan pasti ngasi makanan, kalo mau beli jajan boleh ngutang dulu (nanti dibayar mamah), beli pulsa sama nyalon aja gak bawa duit bisa ngutang dulu (lho!). Kalo ada yang ultah di rumah dikasi kado. Tapi ade gue si Elix suka parah ignorant-nya. Jadi suatu malam di hari ulang tahunnya, datenglah anak tetangga, namanya Fir* anaknya Tante Tj*put, ngasi kado buat ade gue
Fir*: Teteh, ini ada kado dari Ibu Tj*put. Selamat ulang tahun yah.
Elix: Oh iya makasih bilangin ya makasih ya ke Tante Tj*put sama anaknya.
Nah, si Fir* yang notabene anaknya Tante Tj*put bengong. Ternyata ade gue ngira mereka pembantunya Tante Tj*put. Oke. Ternyata hal ini kejadian juga sama gue suatu siang yang panas gue gak kuliah dan belom mandi, datenglah tukang kayu ke rumah
Tukang kayu; bapaknya ada?
Gue: bapak lagi keluar, ada pesan pak?
Tukang kayu: saya mau ngasih bon, kalo anaknya ada?
Gue: iya ada (gue maksudnya)
Tukang kayu: iya anaknya aja, anaknya bisa dipanggilin mba?
Gue (dongkol): iya tunggu saya panggilin dulu...
akhirnya gue manggil temen gue yang kebetulan ada dirumah, udah mandi, dan rapih buat ngomong sama si tukang kayu. Hoam (gue ngantuk juga males urusannya). Pernah lagi mas-mas, yang dateng ke rumah nunggu bokap gue dan bilang (ke temen gue) "ini rumah kosong terus ya, bapak, ibu sama anaknya kemana ya?" (padahal gue yang bukain pintu, monyong!).
Sukurnya akhir-akhir ini tidak ada kejadian kaya gitu lagi, gue maupun ade gue sudah tidak lagi dikira dan mengira orang lain pembantu. Tapi tetep aja orang-orang suka salah melihat kita, misalnya:
Tante Kaya yang jalan-jalan pake daster dan rambut acak-acakan, sambil melihat gue "Eh, kok tambah cantik kamu?" dan melihat ade gue"Aduh, kapan balik dari Jakarta?". Kesimpulan gue lebih cantik dari ade gue. Hahahaha. (Walaupun suka dikira pembantu) Tapi pembantu gue juga aneh, manggil gue "Mbak Teteh" (karena nyokap gue manggil gue teteh), belom lagi kalo nganterin doi pulang ke depan, gue naik mobil duduk di depan, dia suka duduk di belakang. Berasa narik taxi gue...
Hmmm.
Gue jadi bingung ini cerita apa, surabaya, makanan ato pembantu?
Kangen pengen pulang lagi ke Surabaya.

Thursday, 8 July 2010

A treat from the Devil

Suatu pagi yang mendung, Si Muka Lebar dengan malas bangun dan mendapati temannya Si Wabistan mengirim IM, “Gue sakit hari ini, bawain buah Anggur 1 kg, Apel 2 kg, Pear 2 Kg, Jeruk 1 kg, kurang dari itu tidak diterima” (begitulah kira-kira bunyinya. Buat modal jualan buah apa gimana neng?). Oke, pagi ini pun gue merasa tidak biasa, badan sakit luar biasa, dan pusing. Track back apa yang kami lakukan malam sebelumnya ternyata setelah hampir 3 bulan tidak fitness kami berdua dengan sukses fitness semalam, 2.30 jam! Non Stop (gue yang non stop, dia sambil ngebacot curhat ngalor ngidul panjang), ditambah tidak pemanasan dan pendinginan (padahal jelas di dinding gym ada tulisan PLEASE WARMING UP FIRST… AND COOLING DOWN AFTER… jelas kita ga ngerti basa londo) yang gue balas “MOOONYOOONG GUE JUGA SAKIT!”


Akhirnya IM itu kami akhiri dengan saling menyumpah satu sama lain, setelah itu gue ngorok lagi. Groookkk. Siang itu kekasih hati si Kaki Berbulu datang membawa makan siang. Tak lama setelah si Kaki Berbulu kembali ke kantor, si Wabistan datang. Dengan tangan kosong! tapi dimaafkan mengingat dia juga sakit. Akhirnya dua wanita bodoh menghabiskan waktu dengan membuka jejaring sosial dan mengomentari foto-foto menarik (tema kita siang ini adalah seorang kawan yang menikah dengan pria bule). Bosan menghina mengomentari foto orang-orang si Wabistan punya ide “Nonton Twilight nyok!”. Gue gak suka, tapi dengan diiming-imingi “GRATISAN” gue mau! (murahan memang). Pergilah kami menonton film yang akan mulai 5 menit lagi.


Sesampainya di bioskop, filmnya boring abis-abisan. Sepanjang film si Wabistan berteriak “Perkiiiiiiii..” ke tokoh utama film, kalo gue lebih sering teriak “Manipulative bitch!”. Belom lagi si Wabistan ditengah-tengah film pindah tempat gara-gara gue cakar dan akhirnya kita pukul-pukulan (sumpah ini super gak penting). Selesai nonton kami merasa super lapar, akhirnya kami menuju ke Tebet untuk makan sore.


Kami memilih Pisa Café karena Si Wabistan mau mengambil kartu member yang sudah lama jadi (yang masa berlakunya habis 5 bulan lagi saking lamanya gak diambil). Terjadilah percakapan ini saat sampai di sana,


Muka Lebar: Mba non smokingnya dimana?

Mba-mbanya: Gak ada mba

Muka Lebar: Lantai 2 mba?

Mba-mbanya: Lagi direnovasi…

Muka Lebar: Masa gak ada mbak?

Mba-mbanya: Kita gak ada non smoking room...

Muka Lebar: Ah? Yaudah yang sepi dimana mba?

Mba-mbanya: senyum manis *makan aje di rumah lo sendiri kalo mau sepi gak ada asep rokok*

Ternyata sore itu Pisa Café penuh orang-orang yang habis nonton Twilight terus kelaparan *sotoy* akhirnya kami dengan terpaksa duduk ditempat yang aga jauh dari asap-asap beracun itu.



Menu datang yak kami dengan bringasnya memesan Spaghetti Bolognaise, Sandwich Tuna, dan Calzone Chicken Mushroom. Untuk minuman Si Muka Lebar dengan Ginger Ale dan Si Wabistan minum Kiwi Manggo fake Juice. Spaghetti-nya standard, Sandwich Tunanya enak dengan roti kotak yang belum pernah kita makan (buat sendiri mungkin? Yang jelas bukan roti putih pasaran, atau Panini, atau roti keras) disajikan dengan potato wedges yang enak sekali, Calzone datang terakhir berwarna putih pucat, yang rasanya enak! Kulit Calzone aga terasa terigu, tapi fillingnya lezat (fillingnya kurang merata terkumpul ditengah-tengah). Oke overall makanan di Pisa Café enak dengan harga yang pas dan porsi yang pas. Sayang non smoking room-nya not available. Akhirnya kami pulang karena kebelet boker.


Thanks Wabistan for the sweet treat!