Daisypath Anniversary tickers

Monday 24 May 2010

Ketika Bonnie pulang

Siang itu panas, angin bertiup sepoi-sepoi. Kucing Ganteng dengen malasnya tidur melungker diatas pot Agloemea. Pot yang bulat yang besar, dengan tanah yang basah karena disiram setiap hari, adalah tempat tidur favorit ketika panas menyengat. Sebelumnya Kucing Ganteng lebih suka tidur dilantai kamar mandi. Dingin. Tapi manusia suka saja mengeluarkan suara tinggi, kemudia memindahkannya dari tempat dingin itu. Mengganggu tidur siang saja.

"Grrrrr......." terdengar dengkur pelan, Kucing Ganteng menoleh kebelakang "Bonnie datang" pikirnya panik, perlahan Kucing Ganteng bangkit dari pot-nya, dan berjalan ke bawah kursi, sambil menjilati bulunya. Tinggal di rumah, dengan makanan yang berlimpah telah menghilangkan naluri dan instingnya sebagai makhluk pemburu, berbeda dengan Bonnie.

Bonnie adalah kucing campuran, ibunya dulu anggora, "bulunya tidak sebagus buluku" pikir Kucing Ganteng sembari menjilati bulunya. Bonnie memiliki bulu orange putih yang pendek, walaupun wajahnya bulat lebar dengan hidung pesek seperti Kucing Ganteng, badan Bonnie besar karena ototnya kuat, bukan karena bulu yang lebat. Hidung Bonnie terdapat luka cakar memanjang, bekas perkelahian dengan pejantan lain. Menurut kucing-kucing lainnya, Bonnie dulu adalah kucing rumahan, yang tidur malam hari diatas kasur dengan pendingin ruangan. Sama seperti Kucing Ganteng, tapi beranjak dewasa, Bonnie sering bermain di luar dan berkelahi dengan kucing-kucing di lingkungan sekitar. Sehingga sering tidak pulang berhari-hari. Karena pulang dalam keadaan bau, Bonnie tidak pernah lagi tidur di dalam kamar, juga tidak di dalam rumah.

Tapi Bonnie selalu pulang, ia selalu kembali ke rumah. Dimana majikannya selalu menyambutnya dengan hangat "Bonnie pulang..." dan segera memberinya makan. Walau pun sudah lama sejak masa-masa Bonnie tidur di dalam kamar, sudah banyak kucing-kucing lain memenuhi rumah ini, Bonnie selalu disayang. Bonnie selalu menikmati dielus-elus majikannya. Pulang kerumah selalu membuatnya aman dan nyaman.

Kali ini Bonnie pulang seperti biasa, Bonnie si kucing perkasa, masuk dengan gagah ke dalam rumah, minum air di mangkuk sebelah toilet, tiba-tiba majikan berteriak "Bonniee... matanya kenapa?" Kucing Ganteng benci nada suara tinggi. Tiba-tiba majikan menggendong Bonnie, hal yang dibenci Bonnie, walaupun suka dielus dan tidur di pangkuan majikannnya. Kucing Ganteng melihat Bonnie tampak kecil digendong majikan, Mata Bonnie bengkak dan berair, tampaknya sakit. "Ahhh... kenapa mata Bonnie?" pikir Kucing Ganteng.

Majikan lainnya datang, si Muka Lebar, "Ah, ini pasti seperti Aki... Bonnie digigit ular atau serangga!" ucap majikan Muka Lebar. Kucing Ganteng memandang Bonnie yang tampak tidak berdaya.

Kucing Ganteng teringat oleh Aki, kucing yang datang dari jauh.
Sama seperti Bonnie, bulu Aki tidak sebagus bulunya.
Suatu hari aki pulang ke rumah dengan mata bengkak dan berair.
Majikannya menangis, ketika akan dibawa ke dokter, Aki menghilang.
Kemana Aki?


Seluruh orang mencari Aki,
ternyata Aki sedang asik tidur di atap rumah tetangga,
tak lupa Aki juga suka makan di rumah itu.
Sungguh membuat khawatir.
Majikan aki adalah manusia berambut merah
dengan bau-bau yang aneh.
Kucing Ganteng tidak pernah mencium manusia dengan bau seperti itu.
Kata dokter Aki digigit serangga. “Semoga Aki cepat sembuh..” pikir Kucing Ganteng.


Akhirnya majikan membawa Bonnie ke dokter, dan dokter mengatakan kalau Bonnie digigit ular. Lukanya akan lama sembuh, sehingga selama beberapa minggu matanya akan bengkak seperti itu. “Uh, mengerikan...” pikir Kucing Ganteng.


Makanya berhati-hati lah ketika bermain.
“Kalau aku sih lebih suka tidur di rumah... Aasik waktunya makan!”
Sambil berlalu Kucing Ganteng menyantap makan sorenya dengan lahap.

Sunday 23 May 2010

Bangkok Day 3: Super Tired

8 Mei 2010


We had a restless sleep, in my opinion i didn't sleep. We were extremely tired after long hours of walking yesterday, the hot weather, the humidity all get together to make our day miserable. We were still up in 4am, trying hard to sleep, and having restless sleep afterward.


Chatuchak Weekend Market
Woke up in 8am, feeling unbelievable tired and sleepy. Our plan today is shopping in Chatucak Weekend Market (open from Friday (limited for wholesale only), Saturday and Sunday (for wholesale and retail). We left the hotel at 9am, took a short walk to Ratchathewi BTS Station (read: "Ratchadewi"), we're heading to the Mo Chit Station (which is the end of BTS Station) then we took a walk to Chatuchak Weekend Market. The market itself can be reached by MRT and BTS (the easiest way), and bus or taxi. There are plenty of Taxi, waiting for passenger in front of the market (If you shop too much and end up with huge and giant stuffs or boxes. BTS and MRT won't let you bring those large packages, you should take taxi).


Chatuchak Weekend Market is a huge market, selling anything, you name it. Clothes, Food, Animal, Souvenirs, Antiques, etc. We spent 4 hours, and we only went through not more than 1/4 part of market. We bought souvenirs, mostly t-shirt, pretty lampions, accessories. There was a delicious Teh Tarik (i thought it was Thai Ice Tea, but it's Teh Tarik). It is an open air market, so the temperature was bloody hot at noon.



Walking in the small aisle, seeking things to buy, there are so many choices, it's fun actually.

I plan to browse one shop and find other shop to compare the price,
when i decided to get back at the first shop, with so many identical shops, aisles and alleys,

i did not remember where the first shop was.

So, forget the idea of price comparison (unless you have a super photogenic photographic memories, which i don't), your best price will come through a good bargain.

done shopping, we got back to the hotel. tired and happy.

Wat ArunWe planned to see the sun sets from Wat Arun. In Bangkok the sun sets around 6.30. We went to Bona Niwet by Bus No. 2, and took Taxi to the Pier No.8 - Tha Tien Pier (In front of Wat Pho).



It only took us 3 THB for the boat that will take us across Chao Phraya River. We waited in the windy pier, and enjoy the sun sets with the view of Wat Arun across the river. It was lovely. The ride only took 10 minutes, when we arrived in Wat Arun, the night started to fall. I love Wat Arun at night, the temple is glowing. We sat on the grass field in front of the temple, enjoying the wind that brings the monks prayer inside the temple. Amazing.




Suan Lum Night Bazaar
We took the last boat and leave Wat Arun at 8 pm, and took Taxi heading to Hualampong station. We took MRT to Lumphini Park and had dinner in Suan Lum Night Bazaar. The night bazaar is large area of small shops, sell souvenirs, clothes, dresses, furniture, etc. It has a large food court with live music, we were too tired to walk around the night bazaar so we decided to sit in the food court and had dinner. I ate Tom yam that contains something i hate to eat. Yuck!



Sukhumvit
Feeling extremely tired, we decided to go to Sukhumvit area, and to have Thai Foot Massage. I thought Sukhumvit will be modern, but back to my first opinion about Bangkok, it's a little bit dusty and rusty (for the building) with the giant concrete (for BTS) completely block our view to the building and the sky. We left the Sukhumvit MRT Station by Taxi (we can take a walk, but we're just too tired) and stopped at Soi Nana which according to LP, is one of the red district. Well, for me it is more like Middle Eastern or Arabian village, lots of middle east people with shops, cafes and foot massage.


Soi Nana looks like Ampel (Arabian district) in Surabaya,
surrounded by shops with Arabic letter.


Shemales on the corner of the street

We walked around the block and bought Durian before having a Thai Massage (which i have to put outside the room while having foot massage). I love Thai Food Massage, they use some kind of mint balm (similar to counter pain) it feels good on my tired foot. It cost us around 120-150 THB.
We can get into the hotel after finished eating our Durian outside. Because the Hotel won't let us bring the smelly fruit and Kaki Berbulu loves the fruit but he hates the smell trapped in our room.

Friday 21 May 2010

Bangkok Day 2: When the sky turn to red

7 Mei 2010


Sorenya setelah mandi dan ganti baju (mandi di bangkok hanya bertahan 3 menit karena langsung keringetan lagi), kita memutuskan untuk jalan kaki ke MBK Mall dan Siam Center, demi untuk mencari HRC (Yes, Kaki Berbulu harus bgt ke HRC setiap tempat yang didatengin) yang ternyata dalam perjalanan pulang dan pergi, kami harus melewati camp Red Shirts*.


Untuk menuju MBK kita dapat menaiki Bis 508 atau 113** dari depan KBRI. MBK Mall sendiri adalah bangunan besar yang berisi departemen store (seperti Matahari) dan toko-toko kecil (seperti ITC) menyambung dengan Stasiun BTS National Stadium. Tempat ini sangat ramai dan membuat pusing (terlalu crowded) tapi semua ada, dengan pusat informasi yang lumayan banyak plus mba-mbanya berbahasa Inggris yang baik dan cantik. Sementara Siam Center isinya ruko-ruko penuh dengan butik-butik, macam-macam toko dan restoran yang berbatasan langsung dengan camp Red Shirts.



Pada saat melewati kamp Red Shirt di depan Gaysorg,
tiba-tiba lagu kebangsaan Thailand diputar.

Semua sontak berhenti jalan,
berdiri tegak sambil nyanyi,

apa-apaan nih, lewat camp ini aja gue gak kuat mental (sambil berdoa-berdoa dalam hati) apalagi harus berdiri diem tapi apa boleh buat
(maklum tampang kita sama Thai gak ada beda, bisa berabe dikira gak menghargai lagi kebangsaan),

karena takut di tembak kami pun ikut berhenti sambil lip sync
jadilah itu menjadi tiga menit paling menegangkan dalam hidup gue.

Mau mencret rasanya berdiri disitu,

mana bordernya (jadi batas massa ditandai dengan ban-ban dan kawat besi berduri plus bendera merah dan bendera Bangkok) gak jauh dari tempat kita berdiri,
jadi pengen ngacir lari aja.

Untungnya, selesai lagu kebangsaan,
gak ada suara tembakan,
dan kami masi bernafas.

Bagus.

Langsung ngacir.



Tak lupa si Kaki Berbulu mengabadikan keberadaannya di tempat massa Red Shirts yang heboh beritanya (sekarang saat tulisan ini dibuat).



Ternyata di Bangkok, gelapnya agak telat, jadi gak berasa jam 6 masih terang aja. Dan kami kembali ke hotel saat langit mulai merah.


Sesampai di hotel, teman kami dari Pattaya sudah datang kita bergabung untuk makan malam di River Side, berangkat dari Stasiun BTS Ratchathewi dan turun di Stasiun BTS Sapan Taksin, dilanjutkan dengan short walk sampai ke Muslim Restaurant. Setelah makan malam perjalanan dilanjutkan ke Khao San Road. Kali ini dengan naik taxi. Kho San Road adalah kawasan turis di Bangkok, penuh dengan budget hotel. Jalannya ramai dengan banyak pedagang jajanan dan makanan, didepan bar-bar dan hotel-hotel. Habis menyusuri Khao San Road, kami jalan-jalan ke Bona Niwes dan kembali lagi ke Khao San Road untuk beli kaos. Jam menunjukan pukul 12 malam. Kami pulang.


Summary:
jalan seharian+panas terik+udara yang ga oke bisa menyebabkan
kulit terbakar yang perih, kelelahan yang amat sangat dan gak bisa tidur.


*Red Shirts adalah gerakan massa pendukung PM lama Bangkok Taksin, yang menentang pemerintahan baru, dan menuntut untuk pembubaran parlemen. Red Shirts menutup kawasan World Trade Center Bangkok, dan kawasan Mall ekslusif di Bangkok. Terjadi beberapa kali bentrokan antara petugas dan massa Red Shirt sehingga menyebabkan kebatalan sebagian rombongan dalam perjalanan Bangkok ini.
** Nantinya dalam perjalanan ini SETIAP HARI kami akan ke MBK Mall, karena i don't know why si Kaki Berbulu suka sekali dengan MBK Mall

Catper Bali I: the journey begin

26 November 2009

Mendarat di Bali tengah hari. Karena bertepatan liburan Idul Adha, suasana airport I Gusti Ngurah Rai* agak padat, atau memang airport-nya yang kecil? Setelah melalui security check kami mengantri untuk membeli kupon taxi, seharga 50 ribu untuk tujuan Kuta (harga bervariasi sesuai tujuan).
Kami turun di Poppies Lane I dan mencari penginapan karena belum mendapat penginapan untuk hari pertama. Agak nekat mengingat Liburan Idul Adha di bali agak ramai. Namun, keluar masuk satu hotel ke hotel lain memberikan pelajaran bahwa hotel yang tampak bagus di website ternyata bisa jadi sangat busuk aslinya. Akhirnya pilihan jatuh pada Fat Yogi Hotel, seharga 280 ribu semalam+breakfast.**


Setelah beristirahat kami memutuskan untuk berjalan kaki mencari mesjid karena besok Idul Adha. Perjalanan kami dimulai dengan menyusuri Jalan di depan pantai Kuta, foto-foto di pantai Kuta sampai matahari terbenam,




kemudian kembali berjalan masuk gang-gang kecil, sampai tidak tau bagaimana dan kemana akhirnya tiba di Supernova dan tidak jauh dari situ, ada mesjid! (si Muka Lebar buta arah, si Kaki Berbulu yang menemukan mesjidnya).


Hari sudah malam dan perut sudah keroncongan, di depan Supernova di ada warung makanan yang pembelinya berjubel. Secara naluri si Muka Lebar selalu mendekati kerumunan, ah ternyata itu warung Nasi Pedas.


Si Muka Lebar: “Halal?”
Mba-mba yang jual: “Yang punya Haji”


Oke, walaupun tidak menjawab pertanyaan, jawaban itu diartikan sebagai “Halal”. Akhirnya kami memesan 2 bungkus Nasi Pedas, dan spesial untuk si Muka Lebar minta dobel sambalnya, nasi dua bungkus seharga 34 ribu. Sesampainya di hotel, kaki pegal sekali ternyata baru sadar sudah jalan 3 jam, dibukalah bungkusan Nasi Pedas yang ternyata rasanya enak sekali dan PEDAS.


Pantas yang jual, melotot waktu minta sambel dobel, ternyata rata-rata lauknya rasanya sudah pedas. Menurut Muka Lebar masakan Nasi Pedas itu agak-agak seperti masakan padang (apa karena rempahnya) tapi lebih asin dan pedas. Benar-benar pedas!!


*(believe it or not, seumur hidup si Muka Lebar menyebut I gusti “Nugrah” Rai instead of I Gusti “Ngurah Rai”, sampai suatu malam seorang sahabat sembari membahas Elle edisi terbaru yang tebalnya 500 halaman, mengkoreksi kesalahan tersebut... hehehe)

** Kamar luas bersih dan modern, tempat tidur standar. Tidak ada TV dan AC yang tidak dingin. Pemandangan kamar cukup bagus mengarah ke halaman rumah tetangga yang untungnya bagus. Sarapan pagi dengan rasa yang seadanya. Yah, sebenarnya i expect more than this with 280rb, tapi ya sudah lah.

Bangkok Day 2: We walk, we walk!

7 Maret 2010



Bangkok atau bahasa thailand-nya กรุงเทพฯ, กรุงเทพมหานคร, atau Krung Thep, Krung Thep Maha Nakhon adalah kota terpanas yang pernah si Muka Lebar datangi.





Mandi di pagi hari airnya hangat. Sebenarnya Grand Watergate Hotel tempat kami menginap cukup nyaman. Dengan tarif 1100THB, kamarnya luas, bersih walaupun kasurnya agak keras dan AC-nya agak lembab, kamar mandi bersih dan sarapan yang lumayan (gak lezat tapi gak gak enak juga) pelayanan baik dan jaraknya strategis, tapi namun sayangnya, udara Bangkok tidak cocok dengan si Muka Lebar dan Kaki Berbulu, uhhhh.






Hari ini rencana kita adalah Grand Palace dan Emerald Buddha (Wat Phra Kaew) di Ko Ratanakosin. Sebenarnya (dilihat dari peta dan GPS) jarak Hotel dan GP hanya 7 KM, dengan rute lurus-lurus saja. Mudah bukan? Agar lebih mengenal medan, si Muka Lebar memutuskan untuk jalan kaki dilanjut naik Bis No. 2 atau Bis No. 508 dari sisi KBRI (orang bangkok menyebut "Bus" dengan "Butt"). Karena kurang cekatan jadi ketinggalan bus terus (orang Bangkok kayanya suka bgt tancep gas, gak naik tuk-tuk, taxi, bus...) akhirnya sambil jalan, sambil berhentiin bus, sampai jauh dan dengan PD si Muka lebar bilang "Ayo, ini udah deket kok tinggal beberapa blok lagi!". Dengan muka penuh peluh, badan basah keringetan dan kaki lecet, setelah drama drama disepanjang trotoar, si Kaki Berbulu langsung "Oke that's it" dan memanggil taksi tepat satu blok sebelum Monument Victory (Orang sana nyebutnya Bonna Niwet -baca: Bona Niweeess dengan t yg gak kentara hampir kaya s-). Jadilah kami naik taxi ke Grand Palace (kata supir taxi yang baik bacanya: glan palade, oke deh pak).






Grand Palace-Emerald Buddha (Wat Phra Kaew)






Singkat kata, Cantik, Detail, dan masyaoloh panasnyo!










Kami lanjut ke Wat Pho, saking panasnya kami memutuskan untuk naik taxi (kali ini tanpa drama-drama, kami kompak keluar kompleks langsung masuk taxi). Ternyata oh ternyata, jarak Wat Pho dan jalan keluar Grand Palace hanya 5 menit ga sampe, argo masih 35 THB (argo awal), ya gpp lumayan ngadem bentar.









Wat Pho





Ya gitu deh isinya ada patung buddha yang gede banget, dan bangunan tempat tinggal selir Raja, dan tukang jual minum termahal sepanjang tinggal di bangkok.















Setelah kunjungan budaya dan sejarah, kami hendak makan di chote chitr, sayangnya setelah jalan panas jauh, hampir ditipu tuk-tuk (yeee, gak kena, kita udah kena tipu kemarin malem), ternyata tutup! kita langsung mengalihkan target ke thip samai yang gagal kemarin malam. Setelah muter-muter, nyasar, di jalan super panas, lumayan lama kita muter-muter 3 jam, yah no wonder karena sistemya:


Muka Lebar (lihat peta TAT) "kita ke jalan lurus aja terus belok kiri..."
Kaki Berbulu "tunggu dulu..."
(lihat peta gratisan yg skalanya ga jelas, tapi jelas2 iklan semua isinya)
"mana ga ada jalannya..."
Muka Lebar "ini lohhhh..." (nunjuk peta TAT)
karena lama berdebat kita akhirnya buka peta ketiga, peta LP
Muka Lebar "iniiiiiiiiiiii........!!!!"
jadi bayangin sebelum belok jalan maju;
kita harus berdebat menggunakan 3 peta yang berbeda.

Setelah 3 jam jalan panas-panas ternyata Thip Samai TUTUP! Pastinya si Kaki Berbulu ngambek abis-abisan karena kita muter-muter tanpa hasil (Walaupun di jalan kita sempet minum Thai Ice Tea, beli majalah Penthouse buat si Kaki Berbulu, ketemu Golden Mountain, dan ada benteng apa gitu dan taman apa gitu yang ga mau di foto Kaki Berbulu karena ngambek). Panas dan Pegelnya itu loh. I'm sorry baby!






Moral of the Story:



  1. Bangkok oke buat jalan kalo sore atau malam. Siang-siang mending naik taxi-bts-mrt.
  2. Bangkok is an extremely hot city, pakai sun block! Bawa topi lebar, payung sekalian!
  3. Do not trust tuk-tuk riders offer cheap ride, ato tukang tuk-tuk yang bilang GP, Wat Pho atau Wat Arun ditutup. Apalagi pake embel-embel ulang tahun raja.
  4. Kalo mau makan, pastikan restorannya buka :D
  5. Disekitar Wat Pho dan Grand Palace berhati-hatilah terhadap pria-pria baik yang menanyakan kemana kita pergi. Karena setelah keluar WP, kami dihampiri pria sangat baik yang menawarkan jasa tuk-tuk (setelah sebelumnya agak "kecewa" krn tau kami telah mengunjungi WP dan GP) untuk makan dan mengunjungi Wat Trimit dan Happy Buddha (yang ternyata ada di China Town). Dan setelah ditolak dia agak memaksa agar kami ikut dengannya.*

*Sebenarnya pengalaman sejenis terjadi pada teman kantor kami yang hendak ke GP, tapi teman kami dipaksa ikut untuk ke tempat tujuan lain dengan alasan GP ditutup karena HUT Raja. Teman kami mengabaikan ajakan tersebut. Ternyata GP buka.

Bangkok Day 1: Malam sunyi, malam panas, ku tertipu...

Kamis, 6 May 2010

Sesampainya di Suvarnabhumi Airport kami, si Muka Lebar dan si Kaki Berbulu, berpisah dengan Aria dan Lisa yang akan menuju ke Pattaya. Tidak lupa kami mengambil peta-peta Bangkok yang banyak tersedia di Bandara, terutama peta Bangkok yang diterbitkan TAT yang tersedia di booth TAT*.

Suvarnabhumi Airport, bersih dan besar, dengan banyak petunjuk berguna, sehingga mudah mencari jalan keluar menuju tempat antrian taxi yang ada dilantai bawah. Sistemnya cukup mudah, kami memberikan alamat yg dituju pada mbak-mbak penjaga booth taxi yang kemudian memberikan kertas (dalam bahasa Thailand keriting) kepada supir taxi (yang tidak bisa bahasa inggris)**. Tarifnya adalah argo taxi+50THB.

Hotel kami terletak di salah satu gang Petchaburi 15, di depan KBRI. Sesampainya di hotel, kami keluar melihat-lihat daerah sekitar hotel. Udara malam yang panas dan lembab jam menunjukan pukul 10.30pm, toko-toko pakaian yang beberapa masih buka, beberapa pedagang makanan dan buah di sepanjang trotoar, tidak ramai, tidak crowded, agak sepi malah. Aneh, kaya berada di sepanjang pertokoan di daerah kota tua (jakarta), daerah jembatan merah (surabaya) atau jalan jampea (makassar) minus ributnya dan lampu warna-warni, tidak kuno tapi ketinggalan jaman. Satu-satunya tempat yang terlihat moderen adalah adanya 7/11 (agak banyak, jumlahnya sama seperti menjamurnya ****mart di Indonesia) dan Mc Donald (sejak kapan MC D dan 7/11 dijadikan lambang modernisasi ?).

Di pinggir jalan terlihat truk sampah yang mengambil sampah menggunung di pinggir jalan (jarang banget ada tempat sampah di pinggir jalan, untungnya orang sana gak budaya buang sampah sembarangan, walaupun banyak jajanan disekitarnya). Bangkok terlihat tidak secantik jakarta, toko-toko tua dan banyak jalan besar yang tertutup struktur beton BTS diatasnya, berhimpitan dengan gedung bertingkat disekeliling jalan, tampak kumuh jadinya.

Anyway rencana kita malam ini adalah khao san road, tempat turis yang terkenal, semacam Poppies di Bali dan makan di Thip Samai. Setelah jalan-jalan, si Kaki Berbulu mendekati Tuk-tuk dan bernegosiasi harga. Sepakatlah tuk-tuk membawa kami ke Khao San seharga 50 THB.



Bangkok Scam
Beware pada tuk-tuk yang menawarkan harga murah! Walaupun tidak murah juga (50 THB itu mahal buat ukuran naik tuk-tuk), ternyata kami dikelabui! Tuk-tuk yang kami naiki ternyata membawa kami ke restoran antah berantah, masih di blok yang sama dengan hotel kami (tapi tempatnya agak sepi, didepan ada sungai kecil, dengan hanya ada 1 tukang tuk-tuk lain di depan restoran), yang begitu sampai di restoran (tampaknya menjual seafood) kami langsung disambut om-om dengan senyum licik (sok baik) “Welcome...”,

Muka lebar: “I want to go to Khao San”
Liar who rides tuk-tuk: “No go here first”
Mr. Welcome: “Are you hungry? Are you hungry?”
Muka lebar: “No, it’s misunderstanding, i dont wanna eat here”
Liar who rides tuk-tuk: “you eat here, i will take you to Khao San”
Muka lebar: “NO! I dont want to eat. Take me back to the HOTEL!”

Gue lupa intinya, gue dan si Kaki Berbulu ngomong apa, setelah itu karena terjadi perdebatan antara tukang tuk-tuk, om-om, dan kami berdua, yang jelas gue kesel. Kalo tempatnya kaga spooky, gue pasti ud turun dari tuk-tuk, gak pake bayar, jalan sendiri ke hotel!

Disepanjang jalan balik ke hotel, gue melototin Kaki Berbulu yang mau aja naik tuk-tuk dengan harga yang (ga) murah (juga). Akhirnya kita tetep bayar si tukang tuk-tuk 20THB (sambil nyengir nerima duit), i take it as a short ride around the block and A lesson of not trusting anyone offers u cheap ride, there no such thing. You dont need such cheap service, it’s all cheap in Bangkok.


Akhirnya, kembali ke trotoar gelap dan sepi, kami duduk di kios nasi hainan, depan 7/11, makan nasi ayam hainan seharga 35THB seporsi plus minum gratis.





Kembali ke hotel untuk istirahat, tak lupa ngecek kembali rencana perjalanan keesokan harinya.


Gud nite Bangkok.


*Setelah mengambil barang, dan berjalan ke luar, ternyata banyak sekali peta Bangkok, kalap mengambil banyak peta, yang ternyata semua sama isinya, hanya penerbitnya berbeda-beda (mostly iklan) akhirnya Si Muka Lebar hanya menyimpan peta resmi bangkok yang ditebitkan TAT (Lately, peta resmi ini menjadi sangat berguna karena di dalamnya ada rute bus) dan peta Bandara (Abisnya bandaranya luuaaaasssss bangeeettt*lebay*, dan suka hilang arah kalo banyak orang, walaupun petunjuk airport cukup jelas).
**Kami memutuskan untuk naik taxi argo (taxi meter), walapun pak supir taxi-nya tidak bisa Bahasa Inggris dan hanya berbekal komunikasi bahasa monyet serta cakil (catatan kecil) angka thai, Muka Lebar learned her first thai language “Petchburi 15” (yang dibaca Pechabuli Sihp Haaa) dengan ejaan yang disempurnakan pak supir taxi.

Tuesday 11 May 2010

Indonesia-Bangkok: Drama, drama, drama...

Setelah persiapan dan penantian setangah tahun lebih, berangkatlah kami empat pejuang tangguh ke pulau seberang. List yang panjang sudah disiapkan berhari-hari sebelumnya:

  1. Tuker Uang. check!
  2. Hotel. Check.
  3. Tiket. Check.
  4. Peta dan LP edisi Bangkok. Check
  5. ID. Check.
  6. Bayar laundry. check.
  7. Cuci piring. check
  8. etc.

Oke, walaupun persiapan sudah mantap selalu saja ada drama-drama yang mengikuti.


  1. Pada saat mau berangkat, Seorang Teman Perjalanan meninggalkan kunci di mobil, masalahnya seluruh uang yang digunakan untuk ke Bangkok ada di mobil. Yak, akhirnya yang bersangkutan harus menunggu kunci cadangan. Sehingga Si Muka Lebar dan Si Kaki Berbulu harus cabut duluan.

  2. Karena begitu sampai di Airport kita memutuskan untuk makan siang dulu, jadilah kita terlambat untuk boarding, berlari menuju ruang tunggu, dan rusuhnya pemeriksaan sebelum masuk pesawat, ternyata sebelum masuk pesawat, Tas Selempangan Si Kaki Berbulu tertinggal di pos pemeriksaan sebelum masuk ruang tunggu! Untung ingat sebelum masuk pesawat.

  3. Setelah insiden-insiden kecil tersebut kami segera masuk pesawat, duduk dengan tenang. Sampai tiba-tiba si kaki berbulu menanyakan "Passport kamu mana?". Yak, mencari-cari di tas (mengingat kecilnya tas si Muka Lebar there's nowhere the bag can hide the passport), di kursi, ah WC! (sebelum duduk langsung pipis) ternyata ga ada! Setelah duduk lagi, dan berusaha mengingat tapi ga ingat juga, pikiran teburuk muncul, Passport si Muka Lebar HILANG!

Yea, rite. Jadi begini kronologisnya, si Muka Lebar berlari ke arah pramugari dengan panik, "Passport saya ketinggalan!". Sampai membuat heboh seluruh crew dan awak AA (apa beda crew sama awak?). Karena belalai sudah dilepas, pintu sudah ditutup dan pesawat sudah meluncur ke runaway (apa sih nama landasan buat take off?), seorang pramugari yg rambutnya agak berantakan menawarkan untuk mengecek di pos pemeriksaan bandara, dan kalau ketemu akan dikirimkan melalui penerbangan berikutnya, si Kaki Berbulu sambil marah-marah menyalahkan si Muka Lebar karena teledor, mas-mas disebelah Kaki Berbulu jadi ikut-ikutan panik juga (emang lebay juga).

Setelah take off, dengan pucat dan panik ga tau harus gimana tanpa passport disana, kehebohan yang panjang akhirnya berakhir setalah Passport ketemu di WC (Si Muka Lebar begitu naik kebelet pipis, rupanya passport jatuh disana, dan waktu nyari panik gak liat itu passport ngumpet dibelakang toilet) dan mas-mas disebelah Kaki Berbulu bilang “Untung yah mas ketemunya di pesawat *wink-wink*” (he’s flirting on Kaki Berbulu!).




Moral of the Story:

Selalu ada hikmah dibalik cerita, Si Kaki Berbulu jadinya akrab sama mas-mas disebelahnya, pas di atas bangkok, karena menjelang malam dan lampu2 warna-warni terlihat dari atas, dia bilang “Ih, indahh, bagus ya pemandangannya kalau malam” (cuwiyeee romantisnyaaa)

Setelah mendarat si mas-mas itu heboh lagi ke Si Kaki Berbulu “^menyebut nama provider selular indonesia^ katanya bisa langsung dipake di luar negeri, ini ada SMS masuk, apa ya maksudnya?” (ternyata SMS-nya bahasa Inggris, dan si mas-mas itu terus heboh sampe turun pesawat)

Setelah ngantri imigrasi dan ngambil barang ketemu lagi dan bilang “Eh, masi disini juga? *wink-wink*”. Hahaha :))

But, anyway untung passport-nya ketemu. Jadi bisa menikmati liburan ke Bangkok!!





Thursday 6 May 2010

Catper Bali II: feel the heat

27 November 2009

Hari kedua di Bali.


Oke Agenda pagi ini adalah check out.




Sarapan pagi di teras kamar, Muka Lebar dapat pancake tepung (Oh, please kalo gak niat bikin pancake, at least beli mix powder pondan kek yang harganya gak lebih dari dua puluh rebuuu sekotak) dan madu sementara si Kaki Berbulu makan roti panggang dan telur dadar plus teh manis ditemani buah pepaya dan semangka. STD tapi lumayan lah, menikati pemandangan atap rumah dan halaman rumah orang dari kamar.

Setelah mandi dan beberes, tak lupa menyiapkan roti isi ham (yummy)* untuk makan siang. Kami berangkat menuju Hotel kedua, dengan berjalan kaki. Rute jalan kami menarik, dari Poppies Lane1-menyusuri Pantai Kuta-Cafe pinggir pantai-Discovery Mall-hotel kami! Sepanjang jalan kami bisa memandang keindahan pantai di pagi menjelang siang hari.


Setelah check in di Discovery Kartika Plaza Hotel dengan tarif yang semua juga tau namun kualitas jauh dibanding hotel-hotel Poppies. Kami mendapat kamar di lantai 3. Hotelnya cukup tua. Tapi kulitasnya memuaskan, tempat tidur oke bgt (sebelumnya agak keras), TV segala saluran ada (hotel sebelumnya gak dapet TV euy), AC mantab dinginnya (hotel kemaren AC-nya gak dingin-dingin), walaupun kamar hotel sebelumnya lebih besar, tapi dengan balkon menghadap langsung ke pantai . oww... priceless lah viewnya.




Jadwal hari ini belanja oleh-oleh.
Jadi si Kaki Berbulu menyewa motor dengan tarif 50.000 IDR sehari
dan pergilah kami dengan naik motor.
OKE, NAIK MOTOR SIANG BOLONG DI BALI??
IT WAS DAMN HOT!
Kami berbekal GPS BB, menyusuri jalan menuju Denpasar menuju pusat oleh-oleh Krisna/Erlangga. Denga nyasar bolak-balik, karena GPS menunjukan nama jalan yang berbeda dengan kenyataan, akhirnya kami sampailah di Erlangga I. Selesai berbelanja (Satu dus besar, kami lanjut ke Krisna dan Erlangga II. Menurut kami untuk oleh-oleh oran-orang sekampung (ibu, bapak, kakak, adek, tante, om, eyang, oma, temen, selingkuhan, dll) mending beli dipusat oleh-oleh ini. Harganya dijamin masuk akal gak perlu tarik otot nawar di pasar, tempatnya enak (yang baru-baru ber-AC), barang-barangnya lengkap, dan bisa dibungkusin pake kardus gratis! (belanjaan segambreng mah musti dikotakin dong...). Yap, kami kembali ke hotel, dengan bawaan orang pulang kampung.


Menjelang sore kami memutuskan untuk jalan-jalan di pantai dan pasar seni di dekat hotel. Di pasar seni Muka Lebar membeli Topi Lebar Super Lebay, macam topi Maria Mercedes di Telenovela, tapi lebih lebar. Mantab lah!


Kami pun berjalan-jalan sepanjang Kuta, menyusuri toko-toko dan ke pasar-pasar dekat dekat situ. Mostly harganya mahal sih, kudu ditawar. Yang nawar pun Si Kaki Berbulu. Matahari mulai terbenam dan kami memutuskan untuk balik ke Hotel melalui pantai.

Malam ini kami memutuskan untuk dinner di Warung Italia. Warung yang menjual pasta dan pizza, murah dan enak (murah ukuran Bali ya). Lokasinya terletak di daerah Seminyak. Kami pergi dengan naik motor dan sempat tersesat (sampai ke Jalan Oberoi, Kudeta terus lagi, ke jalan gelap tanpa lampu yang kiri-kanannya sawah. Hiiiiiiiiiiiiiiiiiii...) untunglah akhirnya sampai juga di Warung Italia, setelah muter-muter. Si Muka Lebar memesan Cheese+Spinach Ravioli, Kaki Berbulu pesan Spaghetti Carbonara, dan satu Aglio E Olio untuk dibawa pulang :)


Di Bali ternyata ada macet juga, di Kuta, macet karena semua orang mau ke sana dan sedikitnya tempat parkir disana, di Seminyak karena ada saluran air bocor sehingga air tergenang di jalanan, dan di jalan kesasar tadi ada kawinan. Macetnya minta ampun. Untung kami naik motor.

Kembali ke hotel, Kaki Berbulu agak gak enak badan. Langsung tepar. Muka Lebar memutuskan untuk menonton TV sampai ngantuk dan makan Aglio E Olio yang dibungkus, humm yummy :D
*ingat ke Bali akhir bulan, means PENGHEMATAN. Yap, jadilah kita makan siang pake sandwich, dengan ham yg dibawa dari rumah, roti dibeli di Supermarket












Wednesday 5 May 2010

Topi Bundar

"Topi saya bundar, bundar topi saya, kalau tidak bundar... bukan topi saya!"


Yup, menindaklanjuti rencana kami (kami disini adalah si muka lebar dan si kaki berbulu) yang tidak tergoyahkan, walaupun sudah lebih setengah dari kami (kami disini adalah 10 anak muda yang mau pergi ke Bangkok) yang merotol (means berguguran, mundur, berjatuhan). Maka pergilah kami semalam ke Grand Indonesia Shopping Town (GI) untuk beberapa tujuan:


1. Menonton film Bangkok Traffic (Love) Story.

Mengapa harus film ini? Karena si Muka Lebar baru saja membeli kamus Thai (Yap, an English-Thai Phrase Book and Dictionary, inovatif bukan?*) dan merasa harus mendengarkan Native Thais, agar untuk supaya bisa dengan lancar melafalkan kata-kata Thai (yang mana setelah film berlangsung, si Muka Lebar menyadari tindakan tersebut percum tak bergun** karena semua tokoh terdengar seperti kumur-kumur). Sembari menanti film yang main jam 10pm, kami berjalan-jalan (kami disini adalah si muka lebar dan si kaki berbulu ya) dan munculah tujuan kedua!


2. Mencari Topi Bundar!

Dari berita yang ada, saat ini Bangkok lagi panas banget, karena matahari berada duapuluh sekian derajat di utara khatulistiwa, dan kebetulan berada tepat diatas Thailand. So, singkat kata, pergilah kami keliling GI mencari sang topi bulat pujaan hati. Dari berbagai merek yang tersedia, banyak juga topi-topi liburan yang ada (saya spesifik mencari topi anyaman jerami, sedangkan si kaki berbulu mencari cap, topi kotak, atau apa lah namanya). Sayangnya ga ada yang cocok. Bukan ga cocok modelnya, karena modelnya lucu-lucu bangetttt. Harganya itu loh! (emosi jiwa). Alamakjang bisa kejang bayarnya, paling murah di Forever 21 169.000 IDR yang paling mahal Marks and Spencer 499.000 IDR (tapi mungkin ada yang lebih murah atau lebih mahal cuma kami skip aja).


Akhir kata muter-muter berjam-jam tidak berbuah hasil, karena topi yang disuka tak terjangkau harganya. Alhasil setelah nonton yang ternyata filmnya lama sekali dan pulang pagi akhirnya (untungnya filmnya lumayan, ide cerita STD sih, tapi tokohnya bagus, akting dan skenarionya berhasil bikin kita ketawa ngakak -i found several parts it's not that funny, walau org lain ketawa ato emang lebay aja ketawa mulu***-), dilanjutkan dengan umbah-umbah katok sak bajek delman sing wis pirang dino gak diumbah (sengaja digunakan bahasa yang sulit dimengerti agar makna tersirat didalamnya tidak mudah terkuak), dengan lelah tertidur, dan setalah bangun masuk angin dan muntah-muntah yang menyebabkan tidak masuk dan akhirnya bengong di rumah.


Dan tertangkap oleh mata Topi Bundar dari Bali (Hobi saya: beli Topi Bundar di Bali). Setelah memilih dari beberapa topi bundar pilihan jatuh pada topi bundar Pengemis (ada 3 topi bundar, topi bundar Mexico karena atasnya rata; topi bundar Maria Mercedes, karena lebar bgt r:30cm lebih kali, udah kaya payung deh; yang terakhir topi bundar Pengemis, karena anyamannya ga tralu bagus, dan ga lebar bgt). Mengapa, karena yg Mexico terlalu bagus di make over sedangkan yang Maria Mercedes lebay dan Si Kaki Berbulu udah wanti-wanti untuk TIDAK membawanya ke Bangkok ato ketempat liburan lain dimana pun itu (mengingat ukurannya).


Aha, akhirnya dengan sedikit usaha dan tenaga, disertai dengan keinginan punya topi cantik, jadilah kegiatan make over si Topi Pengemis. Ga ribet sih, sebenarnya cukup melingkarkan gombal batik (Hobi saya: ngumpulin gombal bahan yang dijahit dari penjahit), dijahit sedikit biar ga lari.
Voila, jadilah Topi (yang gak) Cantik (-cantik amat)****!

* Untuk long stay di Bangkok is necessary. Untuk liburan 3 hari? You go figure it out!
** percum tak bergun = percuma tak berguna
*** Waktu nonton kita duduk di deket remaja tanggung yg lebay bgt, komentar mulu! Urgh sebal!
**** Namanya juga usaha, tapi nampaknya si topi bundar tampak lebih seperti pengemis setelah di make over.

Tuesday 4 May 2010

chaem bpen*


Working is boring. We need vacation.
There go 10 young people, booking flight to Bangkok on a budget air promo.
Yippie we are going to Bangkok!


It's fun and easy rite? Making a plan for holiday!
Fun yeeahh, easyy? Hell No!

This 10 heads, have their own plans. The hotel booking process was an easy one. We decided to book 5 rooms in Pratunam, there was discount on the room (later we find out why). The itinerary building was rough.



One wants to see snake farm
One wants to see white elephant
One wants to see Tiger Show (the animal)
One wants to see Tiger Show (the ladies)
And also there's one who doesn't want to see any naked skin (human nor animal)
-i don't want to list down all of it-



After blablabla, talking, discussing, debating, voila our itinerary is done. In 3 days we will visit so many places (wat pho, wat arun, grand palace, parks, markets, houses, malls, etc). We decided to split into two groups. Three will have a day trip to Pattaya, the rest will stay in Bangkok.

Until the 'Red Shirts' catch public attention by their movement. They close the business area, demand the PM to dissolve the parliament, causing deaths and injuries. This so called "Democratic Movement", the limited news up dates (mostly horrified story, that is why the hotel is on discount!), worried parents and friends, self doubt, lacking of decision maker skill, miscommunication, and tight schedule has resulted in the cancellation of our 6 friends.

End of story, this should be a great holiday, we have planned it well, for more than 6months, we will go in this bloody May. When the chaos takes place and time.


I read, a wise man say (wise man is a free snack, fortune cookie, from chopstick) "good plan will leads to good luck". Well, wish me luck then.

-I'm the one who's goin'-


*champagne in Thai