Daisypath Anniversary tickers

Thursday 17 February 2011

GOD: First year in Ujung Pandang

Dulu jaman masi bocah, si Muka Lebar pindah rumah tinggal di luar pulau Jawa.

Dua bulan pertama dihabiskan tinggal di hotel, setiap hari ke sekolah jalan kaki, dan bahasa pertama di kelas adalah "Jangko bicara sama dia nah, baku bombe ka'...". Kemudian saat pindah ke rumah, eh kalender sekolah ketinggalan. Sedih. Pindah ke perumahan yang namanya selalu mengingatkan kisah tragis tokoh di sinetron "Kumala". Rumahnya tingkat dan ada telpon rumah (dulu gak punya)! Senang!

Teman main di rumah itu adalah 3 bersaudara anak pemilik rumah, si kakak Andika, si tengah Atika dan si kecil Adit. Ada 5 bersaudara anak tetangga, cuma Angel yang teringat karena dia "balaki" (tomboi). Di depan rumah ada mussola. Suatu hari si Muka Lebar, Bakelix dan Atika, anak perempuan si pemilik rumah solat berjamaah.

Atika, si Muka Lebar dan Bakelix, Rokaat pertama, entah berapa lama,  gerakan takbiratul ihram, kok gak ruku-ruku. Si Muka Lebar menunggu Atika sebagai imam untuk ruku, tapi karena ini bukan di Jawa, mungkin solatnya beda. Akhirnya menunggu...

Oke that's it, akhirnya lelah berdiri, entah bagaimana akhirnya si Muka Lebar bertanya "Kok gak ruku sih?", dan Atika menjawab "Kamu kan Imam-nya"

Live is wonderful saat si Muka Lebar berfikir, hanya orang Indonesia yang mendapat haid, kalau orang bule tidak.Saat-saat dimana, kita bisa beli pernik lucu di City One, beli kartu Sailor Moon di Sanrio, beli es krim di Doraemon, beli kue di Donald Bebek. 

Hari minggu jalan-jalan ke Makasa, ke toko buku beli komik Sailor Moon dan Ghostbumps. Saat tiba-tiba ada buku kumpulan gambar Sailor Moon, mahal sekali! Merengek-rengek minta dibeliin gak boleh. Saat dimana habis belanja di Makasa, pulangnya makan di Texas, dan lagi jaman pake tempat makan X-Man. Merengek minta dibeliin gak boleh juga. .

Saat dimana Remi masih 3D. Saat dimana si Muka Lebar berfikir yang jualan jalangkote Lasinrang itu sodaranya Ade Rai, soalnya mirip.  

The good old days...

Saturday 5 February 2011

Liburan Bocah #2: Universal Studio Singapore

Dengan drama-drama sebelumnya. Akhirnya tiga babi kecil berhasil bangun dan mandi, dan siap-siap untuk ke Universal Studio Singapore. Dengan tidak ada pertimbangan, kami jalan setelah makan di Hawa Restaurant ke Vivo City, mengikuti petunjuk di papan, ternyata Sky Train ke Sentosa, ada di lantai 3 Vivo City.

Universal Studio Singapore terletak di Sentosa Island, sebuah pulau dengan tempat hiburan terintegrasi. Di Sentosa Island sendiri, selain USS ada banyak atraksi, casino dan hotel juga pantai. Karena terbatasnya waktu kami bertiga hanya mengunjungi USS.

Biaya Sky Train ke Sentosa 4 SGD (PP) kalau tidak salah, bayarnya pake Ez-Link Card, jadi ga hafal, tinggal tap. USS letaknya ada di stasiun pertama (Lupa juga namanya apa). Begitu turun, kita jalan keluar dan ngikutin petunjuk tulisan USS, terlihat lah "the it spot" buat foto, bola dunia Universal Studio Singapore... Sebelum berfoto kita beli tiket dulu, Weekdays harganya 62 SGD dan Weekend 70 SGD (Si Muka Lebar sih pengennya foto doang trus pulang lagi... Abisan mahal tiketnya).
Spot wajib buat poto (abis foto boleh pulang)

Dari tiket masuk kita juga dapet voucher  belanja dan makan masing-masing 10 SGD eh apa 10% yah? Kayanya 10% deh,  satu lagi voucher makan di restaurant (di Sentosa Island) 15%. Masuk lah kami ke USS, zone pertama adalah toko-toko, disebelah kiri adalah toko USS yang menjual merchandise USS, di kanan ada Hollywood merchandise shop. Isinya, kaos hollywood dan icon Betty Boob ada juga toko permen, gak tau apa hubungannya.

Kami mulai petualangan dari sisi kanan, New York Section. Ada Restaurant ala Elvis Presley (bener ga tu tulisannya) dengan panggung kecil kalau belum show time akan muterin Top Hits tahun 60-an atau 70-an (jaman Elvis lah), kalau showtime ada pemuda-pemuda caem yang nyanyi-nyanyi dan suka ngajak penonton berinteraksi, dibelakang panggung ada mobil keren jaman dulu, apa namanya? Cadillac (kata si Kaki Berbulu), mobil Elvis gitu. Kemudian, ada theater Hollywood Iconic Monsters, sayangnya kita dateng belom jam pertunjukan (jam 2.45), akhirnya kita main Camera, Roll, Action. Idenya sederhana, tp tekhnologinya Buar Liasa... keren, sayang kurang efeknya, mempengaruhi penonton (Eike bo maksudnya). Hehe.

Selanjutnya masuk ke Zona Masa Depan, sebelumnya ada banyak tokoh seperti Marlyn Monroe, Charlie Chaplin (yang dikejar-kejar sama bakelix), Joker, dan ada penari hip-hop yang ini live perforance (yang ini bukan icon). Di zona, masa depan kita main Accelerator (Macem cangkir-cangkiran di Dufan), masi banyak permainan yang belom beroperasi di zona ini. Salah satunya Gallatica, Double Roller Coaster, yang sampai kita kesana masih safety trial.

Kemudian zona Mesir, kita main, indoor roller coaster, yang wow seru sekali! Sayang cuma sebentar, ada juga mainan treasure hunt, sayang cuma buat bocah...
Ancient Egypt

Kemudian kita ke zona Dinosaurus, kita memutuskan untuk main River apa gitu (Arung Jeram) yang katanya bakal bikin basah. Disediakan Loker (30 menit 1SGD kalo ga salah apa 50 sen) dan Jas Hujan (2 SGD) yang mana tidak kita gunakan samsek (turis pelit bin miskin). Akhirnya setelah mengantri, dan mengamati, kita memutuskan bahwa bagian tertentu gak kena basah. Jadilah kita ngafalin posisi tersebut. Begitu saatnya kita masuk, langsung duduk di  hot seat (kering soalnya). Permainannya lumayan, mirip the Lost World, dimana kita naik boat mengarungi sungai ditengah kejaran dinosaurus. Dan at the end of the game, jeng jeng jeng jeng, kita kena jackpot, basah kuyup! Hahaha.

Lanjut ganti baju dan makan. Kita makan di daerah dinosaurus, Hot dog (dari kemaren ngidam hot dog) porsi gede, dengan kentang, plus, paha kalkun (turkey leg) berasa makhluk purba deh makannya... Rasanya biasa sih... dengan harga yang lumayan mahal... Untung dapet voucher makan.

Kemudian, habis makan kita lanjut ke Madagascar, i like it move it move it, foto sama Alex the Lion dan Marty the Zebra, panjangnya kaya apaan tau. Akhirnya kita memutuskan foto sama Pinguin Teroris yang antrinya paling pendek (turis males).


in Madagascar Zone


Di zona ini tidak ada mainan lain, ada atraksi pertunjukan yang belum show time saat kita datang.

Lanjut ke Far Far Away Castle, kita nonton Shrek 4D, so far ini paporit bocah-bocah. Memang seru sih, cuma menurut si Muka Lebar, di bebrapa adegan potensi bgt untuk di kasih efek, sayangnya gak (udah ngarepin ada efek lebih). Lanjut dari Shrek 4D, kita naik Roller Coaster bayi. Yang bentuknya istrinya Donkey, yang ternyata kecil-kecil cabe rawit. Hehehe. Si Gurita pasti ud nyumpahin si Muka Lebar yang maksa naik. Setelah Far Far Away kita udah balik lagi ke New York... Ternyata USS luasnya kira-kira kaya jalan dari kosan, muterin blok ngelewatin Pastis, Tovas, trus Apotik Setia Budi, trus Lenny Agustin, Ayam Gemes, trus belok lagi ke Setiabudi Timur (or bigger) Hahaha.

Udah, gitu doang, akhirnya kita belanja-belanja dulu oleh-oleh dan kaos. Setelah belanja hari masih pukul 1 lebih, kita akhirnya naik Canopy Flyer ato apa yah, kaya naik burung, seru banget sayang cuma sebentar. Secara keseluruhan, USS sangat aman bagi anak kecil. Hampir semua mainan kayanya bisa dinaikin anak-anak. 

Bagi orang dewasa berjiwa muda, yang susah duit, dan mencari ketegangan, mungkin agak yaaa... Biasa aja yah, apalagi masih banyak mainan yang belum dapat beroprasi (dan di loket sudah dijelaskan mainan apa saja yang belom dapat beroperasi).

Atraksi cenderung singkat waktunya (beda kaya maninan dufan yang sampe muntah-muntah juga masih muter itu atraksi), bagusnya antrian cenderung pendek. Atraksi yang lama waktunya (Shrek 4D, 15 menit) kapasitasnya besar. Jadi di USS jangan khawatir ngantri. Cuma jatohnya jadi, lama ngantrinya dari pada mainnya... Hehehe. Mau pake Fast Track, duit lagi... Hehehe. Bukan buat orang susah (kaya si Muka Lebar) nih USS, alhamdulillah kerusakan USS ditanggung pihak ketiga lain yang menjadi sponsor perjalanan (My Beloved Butut).

Jika ada sumur diladang, 
boleh kita menumpang mandi,
kalo ada dermawan datang
bayarin dong USS lagi...

Liburan Bocah #1: HORE!

"Libur telah tiba, libur telah tiba, hore.. hore... hore..."

Itu si Bakelix yang nyanyi. Intinya adalah pertengahan Januari ini pergilah si Bakelix, si Muka Lebar dan si Gurita Karmin. Tiga bersaudara ini akan menaklukan Lion City! Intinya, si Muka Lebar adalah guide kali ini, however, terlepas dari petualangan sebelumnya, pengalaman kedua ini sungguh berbeda.

Pertama tragedi Mandala, dengan seenak jidatnya menghentikian operasi H+1 kita beli tiket. Deym! Dengan cepat (plus kerugian yang besar) kita beli tiket lagi Lion Air. Drama pertama karena flight pagi, kita (Muka Lebar) telat bangun, kemudian berangkat ke bandara telat , sehingga duduk kami bertiga dipisah-pisah. Antrian imigrasi yang panjang. Sampai di bandara Changi diwarnai dengan kebelet boker si Gurita dan Bakelix.

Settingnya masih sama di Sing dan menginap di G4 Backpacker Hostel dengan pertimbangan tinggal koprol dari MRT Littel India, dan kita sekamar hanya ber 3 (ambil Dorm isi 4) dan itu di lantai 5 dengan tangga aborsi, KAMFREETT.  Tapi si Gurita kegirangan (alesannya temennya yang suka) karena penjaga hotelnya caem, tampang korea-korea gitu dan emang ada turis korea, yang baru dateng dan bobo ngempar di ruang tunggu, nganga (heran dimana cakebnya...). Untung Muka Lebar berhasil melarang si Gurita minta foto...

Makanan tetep jajan chiken wing di Old Chung Kee dan makan di Hawa Restaurant, both di depan hostel. Kurang nonton film india aja di Rex Cinema (di depan hotel juga). Buduynya liburan kali ini si Muka Lebar lupa bawa kamera. Ahh...stupidito tololita. Untung masih laku jadi guide, kalo gak si Muka Lebar disuruh pulang sama Bakelix.

Destinasi belanja dan beli oleh-oleh dimulai dari ke Mustafa Center. Kali ini karena cewe semua, jadwal belanjanya panjang, dan nangkringnya lama . Hehe apa lagi kalo lewat toko asesoris dan sepatu. Dalam kesempatan ini kita juga ke Bugis Street Market, yang barangnya lumayan lucu tapi aga mahal. Kemudian mengunjungin night view espalade dan merlion. Karena menjelang imlek, Chinatown Market semarak hiasannya.

Dan yang berbeda, kita juga ke IKEA pake NYASAR! gak tanggung-tanggung nyasarnya lewat ERP (semacam jalan tol apa jalan bebas hambatan gitu lah), dengan cerdas idiotnya kita jalan balik ke halte terakhir (sebelom ERP) dan gak ada terotoar . Sungguh kasihan si Bakelix, kakinya mau patah kayanya. Sehingga, kalau ke IKEA, dari Vivo City, ingat Naik BUS 100 (turun di halte terakhir di alexandra rd (dari bis kelihatan IKEA dari kejauhan, turun lah segera!) dan jalan kaki ke IKEA. Pulangnya sebaiknya keluar IKEA, belok kiri , lalu kiri lagi, nanti ada halte yang ada beberapa bus menuju Orchard Road (kalo nginep di daerah Serangoon bisa naik bus yang langsung kesitu ada juga kalo ga salah).

Dan list Jebakan Betmen Kota Singa musti ditambah satu lagi yaitu:
Tax Refund, habis belanja musti dapet form GST dari pusat belanjanya dulu. Kamfreettt! Ga ada yang nginetin, cuma Zara doang yang otomatis ngasi, kamfreet! Padahal di USS habisnya banyak bener (dan udah ngitung-ngitung tax refund di hostel, ngarep dapet. *Sigh*) Nasip gini lah kalo ga pernah belanja-belanja banyak, ga tau caranya tax refund.

Penonton Pembaca: USS itu apa?
Three Idiots: Universal Studio Singapore

Eniwei, selain makan di dekat hotel, tiga bocah ini juga makan di Food Republic dan food court Vivo City, dan Universal Studio.

Penonton Pembaca: Haaahhh? Kalian ke Universal Studio Singapore??
Three Idiots: Iyaaaaa \(n_n)/

Ujung Genteng #5: All the details about Ujung Genteng

Petualangan ke Ujung Genteng sangat menarik dan tidak di duga, We did not expect it would turn out to be really good. Hujan sepanjang hari tidak membuat mood jalan-jalan kita surut, justru jadi seru. Therefore, Muka Lebar is glad having such a perfect match for sharing this journey (yes i am talking about you). Terutama bagian, ke kota Surade untuk ambil duit bayar hotel (kita pindah kamar, dan mahal, dan gak punya EDC *hiks plastic money is useless*), dia habisin 2 jam lebih di jalan, hujan angin, naik motor, dan gak nonton final Indonesia vs Malaysia.

Selanjutnya, kami menginap di  Pondok Hexa, karena menginap saat natal kami kena charge high season, kamar hari pertama Tipe Lobster seharga Rp 200.000 (harga normalnya i have no idea) seadanya kamarnya. Kamar up grade kami Kerang, a lot better dari Lobster, dengan harga Rp 400.000 (harga normalnya kalau gak salah Rp 250.000) tapi tetep, kamar kerang is a very basic room. Anehnya kamar kita gak ada shower (padahal yang Lobster bershower). Tp gpp. Kamar di Pondok Hexa cocoknya digunakan serombongan, mengingat luas kamar yang besar, kamar Lobster cukup luas untuk 4 orang. Dan kebanyakan yang datang memang keluarga. Karena baru sekali ke Ujung Genteng, kami tidak bisa membandingkan dengan penginapan lain. Overall, si Muka Lebar puas dengan pelayanan yang membantu. But please jangan ngebayangin kamar Gran Melia, dengan bedding empuk, spread sheet putih bersih, pls prepare pasminah ato apapun (si Muka Lebar bawa bantal dan pasminah buat sepre, parno abis, hehe)

Pondok Hexa
Desa Kelapa Condong, Gunung Batu, Ujung Genteng, Sukabumi.
Telpon: 021-7509271 atau HP: 0813-80585444 (<---- Ini telpon yang kita hubungi) dan 0815-9372999
(Hasil browsing)

Selain Pondok Hexa ada beberapa penginapan lainnya di sepanjang pantai, tidak terlalu banyak, sehingga jika datang saat musim liburan, ada baiknya booking terlebih dahulu. Dan bawalah uang cash!
 
Untuk makanan, kami makan malam di Pondok Hexa di malam pertama, nasi sebakul, cah kangkung, cumi tepung dan udang bakar, semuanya total gak lebih dari 70.000 (plus aqua seliter dan es teh tawar), banyak dan enak. Murah. Ada menu lain, tapi si Muka Lebar hanya memesan nasi+telur ceplok untuk bekal pulang. Sisanya kami makan roti, dan mie rebus. (Susah bener liburannya hehe).

Selain penginapan, libur kami tidak lengkap tanpa Jack dan Acoy, mereka bisa dihubungi dan disewa untuk menjelajahi Ujung Genteng.  Telpon Acoy dan Jack menyusul ya.

Jalur darat mobil (Berdasarkan Peta Periplus Java-Bali)
Jakarta-Ciawi-Cibolang-Cigombong-Benda-Cicurug-Bojong Pereng-Parung Kuda-Cibadak-Cimanggu- Ubrug-Warung Kiara-Cidadap-Bojong Kopo-Pasawahan-Waluran-Galumpit-Negla-Jampang Kulon-Surade-Cisaat- Cikarang-Ujung Genteng.

Begitu memasuki gerebang Ujung Genteng ada dua pilihan jalan, tetap lurus lurus mentok kemudian belok kanan menyusur pantai (bergelombang parah) atau belok ke kanan ditengah jalan lurus(-ada petunjuk Turtle Beach dari papan (jalan berbatu). Kedua jalur ini sama saja akan bertemu di pantai ujung genteng yg lurus dari arah kiri, yang kanan dari arah kanan. Cuma beda jalan aja, yang lurus jalanannya aje gile mambo, gelombangnya, yang kanan jalan batuan biasa

Perjalanan kurang lebih 8 jam (termasuk macet). Sebaiknya berangkat pagi, agar tidak kemalaman di jalan. Enjoy Ujung Genteng!

Ujung Genteng #4: Adios!

Oke, waktu pelepasan penyu dimulai pukul 5 lebih. Cuaca mendung, ombak cukup kencang, dan berangin. Dari kejauhan banyak anjing kampung yang masuk pantai, apa memang habitatnya? Atau tau hari ini jadwal makanan dilepas. Di langit mendung tidak terlihat elang (tadi di pantai muara sebelum hujan badai sempet lihat elang terbang).

Bapak penjaga membawa ember hitam, berisi penyu yang dilepas. Jumlahnya, 50? Lupa banyak lah. Pengunjung lain mengerumuni si anak penyu, dan penyu dibagi-bagikan untuk dilepas pengunjung...

Peserta pelepasan dan petugas penangkaran

Well, hati-hati dijalan...
It's time to say good bye... Adios little fellas!


Small step of our little fella

Adios!

Dielus-elus dulu sebelum pergi
Waaw, ada ombak


Byuurr,,,


Eh, yang ini kebalik kena ombak


Belasan penyu lain... berjalan ke bibir pantai


Sea we are cominggg...

Penyu adalah binatang yang dilindungi, memperjual belikan induk penyu itu dilarang, membunuh penyu juga. Dilarang membuang sampah di pantai penyu, terutama, alasan penyu memilih pantai karena pasir yang halus dan bersih. Penyu yang peka cahaya sehingga ada baiknya untuk tidak menggunakan blitz pada saat memotret penyu. Semoga penyu-penyu kecil bisa tumbuh jadi penyu dewasa. Btw, fakta tentang penyu, penyu kecil tidak bisa dibedakan laki-laki dan perempuannya sampai mereka besar. Hohoho,...

Ujung Genteng #3: In to the wild

Maka penyebrangan dimulai dari Jack dan motornya, Acoy dan motor, kemudian Si Kaki Berbulu dan Muka Lebar yang dengan pelan-pelan dan doa-doa, melewati genangan air keruh yang tingginya (yg paling dalam) sekitar se paha bawah. Semoga gak ada yang ngelus-ngelus di bawah sana (parno abis).


Yes, we made it!

Tapi ternyata motor Jack mogok karna kemasukan air.

Jadi lah kali ini kita stuck di rawa/hutan nungguin motor dibetulin...

Sambil foto-foto.


Motor kemasukan air

Petualang ceritanya

Menjelajah hutan

Tadi gak begini loh... Dalem bok...

Setelah motor beres, kami melanjutkan perjalanan (yang sebenarnya adalah perjalanan pulang, melalui rute yang sama, dengan tingkat ketegangan lebih rendah*karena mulai terbiasa*) ditengah jalan ada truk nusruk, si Muka Lebar bertanya “Wah, ngapain tu truk?”, si Jack menjawab “Ber*k”. Hoooh, kaget mendengar jawaban si pemuda Ujung Genteng, ternyata Jack lanjut menjelaskan si Truk mengangkut ee sapi buat dijadiin pupuk. Ohhh oke, tutup hidung pas lewatin truk.

Kami pun singgah di warung kopi kedua hari ini, walaupun kami sudah tidak perduli hujan yang turun sedari tadi, ternyata dibelakang warung itu letaknya pantai akuarium. Pantai akuarium sendiri adalah pantai datar dengan karang, karena air yang jernih, ikan kecil dapat dengan jelas terlihat diantara karang, sayangnya karena hujan turun ikan tidak ada, adanya bekicot karang (si Muka Lebar pun langsung mundur seribu langkah takut ngijek karang ato keong karang?)
Kalo gak hujan banyak ikanmya

Kopi kedua hari ini

Pemandangan dari warung kopi
Memandang hujan

Kami bermain berteduh di pantai akuarium, sampai tiba waktu pelepasan penyu tiba, kira-kira pukul 4 sore, sambil menunggu kami bertemu bapak [*] yang merupakan petugas penangkaran penyu, yang bercerita banyak soal penyu. Kami berjalan menuju tempat penangkaran penyu. Untuk mengganti suasana, Muka Lebar dan Kaki Berbulu memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri pantai sampai ke penangkaran penyu.

Saat sore, hujan, berangsur-ansur berhenti, walaupun awan hitam tebal masih menggantung, si Muka Lebar dan Kaki Berbulu berjalan berdua menyusuri pantai yang sepi. Momen ini sebenarnya priceless banget, kaya di tipi-tipi, pantai pasir putih, angin sepoi sepoi, sepasang kekasih jalan, meninggalkan jejak kaki dibelakangnya.
Tapi sekali lagi ini versi si Kaki Berbulu dan Muka Lebar, kami jalan di pantai, dengan angin yang menepok-nepok, si Kaki Berbulu duluan sambil foto-foto, dan si Muka Lebar a.k.a asisten potograper, bawain tripod, ransel dan tas. Yes, priceless memang momen sore inih. Tenang, the best is yet to come (apa coba artinya?).
Perjalanan menuju pantai pelepasan penyu

Harus selalu ada adegan nyebrang sungai yaa...


Jejak penyu terlihat di pantai...


Langit dan pantainya masih terlihat tidak bersahabat...

Crime Scene: Korban ganasnya hujan hari ini



Kami sampai, di pantai pelepasan penyu, Acoy dengan sigap (yang telah lebih dulu naik motor) membawa tas-tas yang di bawa si Muka Lebar (thanks!). Dan pelaksanaan pelepasan penyu dimulai dari ruang penetasan, banyak telur penyu yang belum menetas. Dan yang sudah menetas, berebut mau keluar, hehe.

Para peserta pelepasan penyu hari ini

Ini isinya telur penyu


Ini yang sudah menetas

Dikumpulin untuk dibersihkan

Kenapa haru sore-sore melepas penyu, kata bapaknya (1) Biar penyu gak dimakan ikan, (2) biar penyu gak dimakan elang. Mungkin kalo udah sore ikan pulang ke rumah dan elang matanya rada siwer karena mulai gelap. Yang jelas, penyu betina akan kembali 30 tahun kemudian untuk menetas, dan ia akan bertelur ditempat yang sama seumur hidupnya (kata si bapak). Si anak penyu yang akan kita lepas kan tidak akan semua menjadi penyu dewasa, karena ternyata perjalanan hidup penyu itu berat sekali. Wow…

Penyu yang sudah baru menetas dan telah dikumpulkan tidak akan dilepas hari ini. Mereka akan di bersihkan dan diistirahatkan. 10 ekor yang apes, akan dipajang nanti malam untuk para pengunjung penetasan penyu yang menanti penyu menetas. Sisanya, harus istirahat untuk pelepasan.

It's gotta be a long journey kiddo!

Friday 4 February 2011

Ujung Genteng #2: it's raining man... ayeyuya..

Bangun pagi dengan muka kucel bau acem, Si Muka Lebar dan Kaki Berbulu langsung berjalan-jalan di Pantai Ujung Genteng di depan hotel pondok. Awan mendung sudah menggantung di langit kejauhan, pantainya sepi, dan lumayan bersih. Dengan pasir putih halus dan terkadang bercampur kerang dan terumbu karang. Seharusnya kami mulai memotret dengan si Cantik, tapi apa boleh buat, karena dianiaya semalem, ujan-ujanan, jadilah lensanya berembun, dan secara kita bukan protograper beneran, ya iya lah kita cuma punya 1 lensa. Jadilah si Muka Lebar jalan di menyusuri pantai, ngelonin lensa, biar embunnya cepat menghilang. 


Pantai Ujung Genteng dengan air yang jernih


  
Pantai mendung
 
Pantai tak berombak karena terhadang karang

30 menit berjalan-jalan di sekitar pantai, kami kembali karena sudah janji dengan Jack dan Acoy tukang ojek yang asoy untuk mengantar kita keliling Ujung Genteng hari ini. Dengan tarif 100.000 IDR, sampai mata hari terbenam.

Akhirnya hujan rintik-rintik pun turun saat kami mulai petualangan hari ini di Ujung Genteng, untungnya kita sudah jalan-jalan di pantai. Sebelum jalan-jalan, sesuai janji mas-mas Pondok Hexa, kita pindah ke kamar yang lebih cihuy. Dan mahal. Proses pindah sendiri memakan waktu sehingga kita baru bisa meninggalkan pondok jam 11.

Perjalanan dimulai dengan melihat Pantai yang menyatu dengan muara. Jalur yang kita lewati adalah jalur yang sama dengan jalur semalam ke tempat penetasan penyu. Bedanya seluruh pemandangan terlihat, karena terang, walau tidak cerah. Karena hujan turun rintik-rintik. Kami menyusuri jalan becek dan berbatu, ditengah jalan hujan berubah menjadi deras dengan hembusan angin kencang. Kami pun berteduh di rumah penduduk.

Sang Potograper with the black jacket; Wearing yellow Acoy, and the white t-shirt is Jack

Wow, hujan angin yang dahsyat


Setelah hujan reda, kami kembali melanjutkan perjalanan, namun lagi-lagi ditengah jalan hujan kembali deras dan kami pun berteduh di warung kopi yang merupakan saung bambu. Hal ternikmat adalah, menikmati kopi susu panas, diterjang hujan dan angin, dengan pemandangan pantai, diiringi lagu Wind of Change. Obrolannya pun obrolan warung kopi, seputar sengketa tanah antara masyarakat dan angkatan di tempat pelelangan ikan, pemilik hotel di wilayah ujung genteng yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, status dan harga tanah di sekitar sini. Oh... Gitu...
Oke, ketika hujan agak reda, kami langsung beranjak ke tempat tujuan pantai [*] (itu karena lupa namanya), apa yang spesial? Pantai ini adalah titik bertemunya sungai dan laut. Wow, never been to a place like this before. Dan ternyata perjalanannya pun, lebih parah sodara-sodara dibanding perjalanan semalam, secara kami melewati lagi tempat penangkaran penyu, menuju rawa dan jalan becek dan berlumpur. Melewati hutan, dan rawa, kemudian mendaki, terakhir adalah bukit pasir, yang ini si Muka Lebar skip naik ojek, dan memutuskan untuk turun dan jalan kaki. Bahaya.

Kami sampai dibukit ternyata, dimana dibawah adalah pantai kosong, dan tak berujung (tampak seperti itu) kegirangan, karena perjalanan panjang dan mendebarkan, kami berjalan-putar-putar dan mulai mengabadikan pantai [*] (apa ya namanya?). Ditengah-tengah tiba-tiba hujan semakin deras dan semakin kencang. Berlarilah si Muka Lebar dan si Kaki Berbulu ke Pos diatas bukit, tempat Jack dan Acoy menanti.

Pertemuan sungai dan laut (dibelakang si Muka Lebar)


Ini muara sungai

Pos diatas bukit


Berlindung dari angin dan hujan


Si Muka Lebar dan Si Kaki Berbulu stuck lumayan lama di pos kecil diatas bukit, ditengah hujan angin (can we call it storm?). Anginya makujubileh, saking kencengnya (kaya nampar-nampar air hujan), Jack, Acoy, Si Muka Lebar dan Si Kaki Berbulu duduk diluar pos untuk bersembunyi di balik dinding pos, dari kencangnya angin dan hujan. Ditengah hujan si wabistan menelpon, dengan cluelessnya curhat, saat angin nepok nepok pipi, buset, liburan kali ini banyak telpon mengejutkan...
Sambil berteduh Jack pun bercerita kisahnya sewaktu menjadi nelayan dan terjebak di badai macam ini. Ckckckck. He made it alive. Pantesan doi kaga takut dan gentar naik motor cross ala Ujung Genteng ini. (eike bok ya takut hiks hiks).

Saat hujan mulai reda, hari sudah lumayan siang pukul 3-an (kelamaan berteduh dimana-mana kayanya), kami pun memutuskan untuk kembali, kembali naik motor dan menyusuri jalan tadi dan tahukah. kalian.. Jeng jeng jeng jeng.... Secara kita melewati rawa, tadi sebelum badai, hanya becek, setelah hujan jadi terendam air kaya sungai kecil... hiks hiks...

Jadi inget film Into the Wild,  langsung takut lah si Muka Lebar. Panikidun Matiyatun... Mamfuss nih gue ga kbisa balik, berenang aja apa, setelah mencari jalan-jalan lain, tampaknya rawa-rawa itu telah digenangi air, dan kita kembali ke jalan kita semua. Tidak ada pilihan lain selain menyebrangi becekan genangan air... Sungai kecil di depan kami!

is it dead end?