Daisypath Anniversary tickers

Wednesday 5 May 2010

Topi Bundar

"Topi saya bundar, bundar topi saya, kalau tidak bundar... bukan topi saya!"


Yup, menindaklanjuti rencana kami (kami disini adalah si muka lebar dan si kaki berbulu) yang tidak tergoyahkan, walaupun sudah lebih setengah dari kami (kami disini adalah 10 anak muda yang mau pergi ke Bangkok) yang merotol (means berguguran, mundur, berjatuhan). Maka pergilah kami semalam ke Grand Indonesia Shopping Town (GI) untuk beberapa tujuan:


1. Menonton film Bangkok Traffic (Love) Story.

Mengapa harus film ini? Karena si Muka Lebar baru saja membeli kamus Thai (Yap, an English-Thai Phrase Book and Dictionary, inovatif bukan?*) dan merasa harus mendengarkan Native Thais, agar untuk supaya bisa dengan lancar melafalkan kata-kata Thai (yang mana setelah film berlangsung, si Muka Lebar menyadari tindakan tersebut percum tak bergun** karena semua tokoh terdengar seperti kumur-kumur). Sembari menanti film yang main jam 10pm, kami berjalan-jalan (kami disini adalah si muka lebar dan si kaki berbulu ya) dan munculah tujuan kedua!


2. Mencari Topi Bundar!

Dari berita yang ada, saat ini Bangkok lagi panas banget, karena matahari berada duapuluh sekian derajat di utara khatulistiwa, dan kebetulan berada tepat diatas Thailand. So, singkat kata, pergilah kami keliling GI mencari sang topi bulat pujaan hati. Dari berbagai merek yang tersedia, banyak juga topi-topi liburan yang ada (saya spesifik mencari topi anyaman jerami, sedangkan si kaki berbulu mencari cap, topi kotak, atau apa lah namanya). Sayangnya ga ada yang cocok. Bukan ga cocok modelnya, karena modelnya lucu-lucu bangetttt. Harganya itu loh! (emosi jiwa). Alamakjang bisa kejang bayarnya, paling murah di Forever 21 169.000 IDR yang paling mahal Marks and Spencer 499.000 IDR (tapi mungkin ada yang lebih murah atau lebih mahal cuma kami skip aja).


Akhir kata muter-muter berjam-jam tidak berbuah hasil, karena topi yang disuka tak terjangkau harganya. Alhasil setelah nonton yang ternyata filmnya lama sekali dan pulang pagi akhirnya (untungnya filmnya lumayan, ide cerita STD sih, tapi tokohnya bagus, akting dan skenarionya berhasil bikin kita ketawa ngakak -i found several parts it's not that funny, walau org lain ketawa ato emang lebay aja ketawa mulu***-), dilanjutkan dengan umbah-umbah katok sak bajek delman sing wis pirang dino gak diumbah (sengaja digunakan bahasa yang sulit dimengerti agar makna tersirat didalamnya tidak mudah terkuak), dengan lelah tertidur, dan setalah bangun masuk angin dan muntah-muntah yang menyebabkan tidak masuk dan akhirnya bengong di rumah.


Dan tertangkap oleh mata Topi Bundar dari Bali (Hobi saya: beli Topi Bundar di Bali). Setelah memilih dari beberapa topi bundar pilihan jatuh pada topi bundar Pengemis (ada 3 topi bundar, topi bundar Mexico karena atasnya rata; topi bundar Maria Mercedes, karena lebar bgt r:30cm lebih kali, udah kaya payung deh; yang terakhir topi bundar Pengemis, karena anyamannya ga tralu bagus, dan ga lebar bgt). Mengapa, karena yg Mexico terlalu bagus di make over sedangkan yang Maria Mercedes lebay dan Si Kaki Berbulu udah wanti-wanti untuk TIDAK membawanya ke Bangkok ato ketempat liburan lain dimana pun itu (mengingat ukurannya).


Aha, akhirnya dengan sedikit usaha dan tenaga, disertai dengan keinginan punya topi cantik, jadilah kegiatan make over si Topi Pengemis. Ga ribet sih, sebenarnya cukup melingkarkan gombal batik (Hobi saya: ngumpulin gombal bahan yang dijahit dari penjahit), dijahit sedikit biar ga lari.
Voila, jadilah Topi (yang gak) Cantik (-cantik amat)****!

* Untuk long stay di Bangkok is necessary. Untuk liburan 3 hari? You go figure it out!
** percum tak bergun = percuma tak berguna
*** Waktu nonton kita duduk di deket remaja tanggung yg lebay bgt, komentar mulu! Urgh sebal!
**** Namanya juga usaha, tapi nampaknya si topi bundar tampak lebih seperti pengemis setelah di make over.

No comments:

Post a Comment