Daisypath Anniversary tickers

Monday 7 June 2010

Jalan-jalan Jakarta

Suatu hari yang absrud, si Muka Lebar dan her partner in crime, Chipz menonton acara Travel and Living, dimana dalam tabung kaca tersebut (bukan tabung lagi sih it's a plasma TV anyway *sooombonggg* hehe) si pembawa acara sedang berkunjung ke sebuah daerah yang menjual sandwich dengan irisan daging alamak jang tebalnya kaya seluruh jilid Engelbrecht ditumpuk. Yummy. Melihat sandwich dengan daging berlapis-lapis. maka terbitlah keinginan untuk membuat sandwich serupa.

Namun kalo hanya membuat sandwich saja tidak seru. Harus bernilai ekonomis dong. Ayo, kita jualan sandwich. Namun kalo dipikir-pikir susah juga jualnya. Kalo ngasong, takut disidak Dispol PP. Kalo nitip repot dan ga langsung kita yang jual. Akhirnya kita memutuskan untuk promosi ke teman-teman terdekat. Tapi kita butuh momen biar orang-orang itu mau beli sandwich!

Jadilah kita membuat program Jalan-jalan Jakarta.


Intinya jalan-jalan naik busway, pesertanya teman-teman kita. Pada suatu minggu pagi berkumpulah teman-teman kami, Muka Lebar, Chipz, si kembar Nakula-Sadewa (pengen nyabut Karl dan Klaus sih... Hihihi), Ship Man, Kaki Berbulu, si Daisy Bebek dan kekasihnya Hensem Boi.

Jadilah kami melakukan perjalanan dengan pertemanan yang random yaitu teman kuliah Chipz, teman SMA si Muka Lebar dan Chipz dan SMP si Muka Lebar dan Chipz tak lupa si Kaki Berbulu. Hari Minggu pagi dari Halte Busway Dukuh Atas ke arah Kota Tua, lalu turun di Museum Gajah di depan Monumen Nasional.


Tahukan kalian, tarif masuk Museum Gajah hanya 700 IDR?



Museum Gajah adalah museun yang berisis peninggalan masa lalu (ya iyalah museum!!!) isinya prasasti dan arca, dewa-dewi, raja, Gajahmada (satu-satunya nama yg gue inget), ada peninggalan pra sejarah juga. Kebudayaan tanah liat, kebudayaan batu besar, kebudayaan perunggu (disekolah disebut megalikum, neolikum? ya itu lah) guci-guci, perhiasan emas jaman dulu (di lantai 2), my favorite part of the Museum adalah kebudayaan suku-suku di Indonesia (Namanya alun-alun Indonesia? Eh, itu mah adanya di Grand Indonesia). Indonesia itu, terdiri dari banyak daerah. Dan di setiap daerah ada banyak suku-suku dan setiap suku punya kebudayaannya sendiri.


Kemudian datang lah Daisy Bebek dan Hensem Boi, dengan mainannya "Eh, rek main Geocache yuk!" berbekal I phone miliknya, sepakatlah kami untuk ikut main. Geocaching adalah permainan mencari barang yang disembunyikan pihak lain, dengan mengikuti GPS. Jadi kita jalan gak tau kemana, dengan pria-pria sebagai penunjuk jalan. Muka lebar berperan sebagai pengabadi moment (tukang foto). Ternyata GPS ini membawa kami ke Museum Prasasti yang jaraknya 15 Menit dengan jalan kaki, dari Museum Gajah.


Ternyata trotoar Jakarta cukup bersahabat, dan udara walaupun panas.
Banyak pohon rindang di trotoar sehingga panas tak terlalu menyengat.
Sampailah kami di Museum Prasasti yang ternyata adalah Kuburan Belanda. Uang masuknya 1000 atau 2000 IDR. Tidak boleh membawa kamera, karena terdapat biaya untuk membawa kamera. Akhirnya kami masuk, dan ternyata ada banyak group fotografer yang sedang mengambil gambar di Kuburan Belanda tersebut. Kami sempat menuju makam Soe Hok Gie, kemudian mencari-cari barang yang disembunyikan. Viola akhirnya setelah berputar-putar Nakula dan Hensem Boi (I decided He's Nakula karena, katanya karakter Nakula adalah seorang pemikir -so i read-, which means the other twin brother will be Sadewa) menemukan barangnya.



Setelah barang yang dicari ketemu,



kami pun berfoto dengan Prasasti yang ada di Museum Prasasti

(Baca Nisan),


yang mana disalah satu foto kami ada bayangan-bayangan......

pohon maksudnya?

Iya pohon kok!

(meyakinkan diri)


Siang pun datang, kami memutuskan untuk makan siang, tak lupa Sandwich didistribusikan kepada pelanggan, kami juga masih makan Nasi Padang yang teretak di dekat Museum Prasasti.
Our first customers Nakula-Sadewa (Yippiee!)

Setelah istirahat kami memutuskan untuk ke Kota Tua menuju Museum Fatahillah, dengan menggunakan Angkot. Sesampainya di Museum Fatahillah, ternyata ada banyak orang disana, karena ada bazaar. Karena banyaknya orang di bangunan museum utama dan museum-museum lain. Kami hanya mengahabiskan waktu di tenda-tenda bazaar, menyewa Sepeda Ontel, berusaha menaiki Enggrang (hanya hensemBoi yang berhasil), Chipz dan Muka Lebar membatik, Kaki Berbulu nonton film tua.

Menarik. Sayangnya Bazaar tersebut tidak setiap hari ada di Museum Fatahillah. Hari telah sore, dan kami sangat kelelahan dan berkeringat setelah main seharian. Pulanglah kami dengan gembira naik Busway.


Moral of the Story:

Hari yang gembira ini bermula dari ide kecil:


Makan Sandwich ---> Jualan Sandwich ---> Jalan-jalan Jakarta ---> Main Geocache ---> Museum Prasasti ---> Museum Gajah ---> Gembira.

Dan ternyata Jakarta isn't really bad at all, transportasi umum mungkin masih kurang tapi sudah ada (tinggal ditingkatkan), trotoar lumayan, tempat wisata juga banyak.

We love Jakarta!

No comments:

Post a Comment