Daisypath Anniversary tickers

Thursday, 10 June 2010

Catper Bali IV: Under the sun

29 November 2009

Hari ini jadwalnya check out.
Oke sebenarnya hari ini kami dijadwalkan pulang kembali ke Jakarta Pukul 21.00 namun sayang sekali maskapai andalan kami, nampaknya tidak dapat diandalkan kali ini. Karena keberangkatan kami ditunda jadi besok pagi jam 10.00 (WTF?!?!). Jadi mau kemana kami malam ini setalah check out? ngemper nampaknya. Yang jelas sewa mobil kita perpanjang, at least we have a car to sleep (loh?).

Oke, bangun pagi, selesai packing kita sarapan (benar-benar like a King kali ini, karena bekal ham untuk makan siang sudah habis) dan langsung Check out. Jadwal kami hari ini mencari Pura Tanah Lot, yeaaaa! Seumur-umur kami belum pernah kesana, berbekal GPS maka kami menyusuri jalan menuju (menurut tulisan GPS: Tanah Lot) setelah bolak-balik dan sejam muter-muter, sampai lah kami di pantai yang sangat sepi.


Apakah ini Tanah Lot? We were totally have no idea. Yang jelas ada kuil di pinggir pantai. banyak batu2 besar disekelilingnya. Tapi gambar Pura-nya tidak seperti yang di majalah-majalah. Pantainya pasirnya hitam. Dan sepi sekali. Ya, kami nampak seperti turis kesasar, tapi ya sudah sampai, kami memutuskan untuk turun dan foto-foto. Yang jelas ini bukan Pura Tanah Lot yang ada di Tipi-tipi. Kami sampai pukul 12 lebih dan panasnya minta ampun, puas berfoto di karang. kami memutuskan untuk berfoto di pantai.



Oke as i said, pantainya pasir hitam, dan tampak seperti berlian hitam, karena berkilau dibawah sinar matahari. Yang bikin takut, banyak bolong-bolong di pasir pantai. Kalo di tipi, itu kan sarang ularrrr! Hiiiiiiiiiii, atau kepiting sih. Tetep aja, bahaya. Jadi diatas pantai Muka Lebar resah sekali. untungnya kita bisa segera cabut dari situ.
Kami sangat lapar dan memutuskan untuk makan di Denpasar, niat kami makan Nasi Campur Warung Wardhani, sayang sekali kami tiba pukul 2 siang dan sudah habis! Akhirnya, kami memutuskan makan nasi campur bali di Warung Satria masih di daerah yang sama dengan Warung Wardhani. Seporsi seharga 20.000 IDR. Oke, kami makan dengan lahap. Enak!

Oke setalah makan nasi campur kami memutuskan untuk menikmati pantai, maka pergilah kami ke Pantai Padang-padang dengan harapan bisa melihat sunset. Sesampainya di Pantai Padang-padang sudah ada banyak orang disitu dan sunset tertutup karang besar. But we enjoy the beach anyway. Dibandingkan dengan Dream Land, di Pantai Padang-padang tidak ada pedagang yang menggangu berkeliling menjajakan segala macam.







We enjoyed our last sunset in Bali (buat trip kali ini lohh yaaa).

Setelah sunset dan langit pun berangsur-angsur gelap, kami memutuskan untuk kembali ke mobil, dan ganti baju disana, ternyata di parkiran Pantai Padang-padang ada pertunjukan Tari Kecak dengan tarif 50.000 IDR, ingin sekali kami nonton, but kembali ke poin awal, akhir bulan kere!


Rencana makan malam kali ini adalah Jimbaran. Siapa sih yang gak tau sederetan restoran di pinggir pantai, menjual aneka macam seafood dengan harga yang MAHAL. Oke, sebelumnya, ekspektasi si Muka Lebar adalah dengan harga yang mahal, dia ingin makanan yang nikmat. And it turned out seluruh makanannya hambar. Seriously, bete sejadi-jadinya. Muka Lebar menganggap ini adalah perkara salah pilih restoran. She thought that it was just a bad luck and she hope the Bali Blast in Jimbaran is not caused by a dissapointed costumer.

Malam pun tiba, kami berputar-putar Kuta dengan naik mobil, dan berdiskusi, oke kita tidur di mobil atau cari tempat murah untuk tidur. Akhirnya dengan sangat letih, kami teringat bahwa ada Tune Hotel baru buka di dekat Matahari Kuta. tepatnya di jalan Khayangan Suci. Maka Si Kaki Berbulu segera menuju kesana. Sesampainya disana, ternyata mobil tidak dapat diparkir disana, dan Kaki Berbulu memilih untuk memarkir mobil di Matahari.

As a transit hotel, Tune Hotel sangat compact fasilitasnya, jadi malam itu, Muka Lebar memesan kamar Standard (Kasur Single, yang panjangnya 2 kali kubikel di kantor, dengan lebar serentangan tangan si Kaki Berbulu) dengan handuk dan peralatan mandi (dijual terpisah dengan kamar) seharga total 117.ooo IDR (Yes, great!) dan seharusnya kamar ini hanya pakai FAN, karena baru buka, we got AC for Free! (seharusnya nambah 50.ooo IDR untuk 8 Jam).

Malam itu, kami tidur di kamar super sempit.


Sambil mengucap syukur karena tidak harus bermalam di mobil, mendapatkan kasur empuk dan nyaman, AC yang dingin, WC yang bersih.

No comments:

Post a Comment