Si merah menyambar, aku terjebak
[Jarjit Mode: On]
*yayaya gue suka nonton ipin upin, dan bela-belain pulang cepet biat bisa nonton dua bocah gundul itu di tipi*
Oke, begini ceritanya. Seorang teman kantor Si Wanita Rambut Merah (salah satu teman menghabiskan kebosanan amat sangat dikantor, she’s really good at killing time) mengajak untuk datang ke sebuah diskusi menarik *is it?* (Isu yang telah lewat tapi masih hangat dibicarakan). Oke, kalau diskusi, presentasi atau seminar yang ada hubungannya dengan kerjaan tapi diskusi isu-isu hangat di negeri ini? Ah, not really my type. Mulai dari bahasannya, tempatnya gak jelas dimana, dan gue udah ada janji sama Si Wanita Setan buat membakar lemak malam ini.
Tetapi Si Rambut Merah pandai sekali menyebar isu-isu mulai dari “Siapa tau ada makanannya Nyeeet!” oke mulai pikir-pikir “Pasti masuk TV, kan terkenal tokohnya” hmm... bisa jadi. Kemudian dia bilang lagi “Elo ngapaaainn bengong si Kaki Berbulu gak ada”. Oke that’s it, gue ikutan!
Jadilah perjalanan random dimulai, dengan tiga teman kami lainnya, Mr. Otot, Ms. Blablabla and Hairy Man. Dimulai dengan
(“Nyet gimana kita bail out aja? Sekarang nih pas lampu merah, lompat gih! Kabur! Pura-pura jadi orang gila!” kata Hairy Man *yes, Si Rambut Merah is really GOOD acting like one-or she is?*)
HEMA adalah Restoran makanan khas Negeri Kincir Angin dan Dam (ada di menunya fakta-fakta soal Belanda) dengan harga yang terjangkau dan rasa yang lumayan. I had “Something” Joe, a hod dog bun instead of sausage it has minced beef with bolognese sauce (19.000 IDR). Not so bad. And we feel dizzy after ate our dinner, and we conspire that we’ve been poisoned by our friend, who has diffrent drink (all of us drink tea except him the Hairy Man).
Enough having a conpiracy of “trying to kill us” dinner, we continue our journey (now, we’re 30 minutes late). We waved good bye for Hairy Man who can’t join us. And since he’s the only one who knows this area well, we’re completely blind (eh, untung lampunya udah nyala!). Oke, walaupun lampu sudah menyala, tidak berarti kami langsung menemukan tempatnya, and we’re lost. Akhirnya kami memutuskan untuk menanyai penjaga malam/satpam/jukir/mas-mas yang duduk dipojokan.
Mas-mas: Ini jalan Langsat
Ms. Blablabla: Kalo Rumah Langsat dimana?
Mas-mas: Rumah Langsat *bingung* alamatnya dimana?
Ms. Blablabla: jalan Langsat 1
Mr. Otot: Depan Labschool
Mas-mas: Labschool disono *nunjuk ke kiri*, kalo langsat satu deket Taman langsat..*ragu-ragu*
Si Muka Lebar: Taman Langsat di mana?
Mas-mas: ke sono *nunjuk ke kanan*
Tambah bingung deh kita.
Akhirnya bapak-bapak didekat mas-mas membebaskan kita dari lingkarankebingungan (yang nanya ga tau jalan yang ditanya kurang deskriptif), yang mana Jalan langsat satu itu ditengah antara labschool dan taman langsat.
Kami: Oooohhhh...
Tau kah kamu, Taman Langsat spooky sekali.
Si Rambut Merah: Gw tau, ini adalah petunjuk, gue pasti akan punya rumah disini...
Si Muka Lebar: Iya dengan susana Elm Street, bukan Fairview...
Freddie or Bree?
Si rambut Merah: Ih, enak yah punya rumah disini menghadap taman...
Si Muka Lebar: Lo ga penasaran kenapa jendelanya ga ada yang menghadap ke taman?
Ms. Blablabla: Ih udaranya pasti sejuk didepan taman...
Si Muka Lebar: Kalo malem bisa “keliatan” apaan..... hiiiiiiii
Oke cukup drama-dramaan kita dan Taaaaa daaaa! Kita sampai ke Rumah Langsat untuk menghadiri Obrolan Langsat!
*bersambung*