Daisypath Anniversary tickers

Wednesday, 30 June 2010

Obsat #1: Where do we go tonite?

Selasa, 29 Juni 2010


Satu Dua gambar lobak
Si merah menyambar, aku terjebak

[Jarjit Mode: On]
*yayaya gue suka nonton ipin upin, dan bela-belain pulang cepet biat bisa nonton dua bocah gundul itu di tipi*

Oke, begini ceritanya. Seorang teman kantor Si Wanita Rambut Merah (salah satu teman menghabiskan kebosanan amat sangat dikantor, she’s really good at killing time) mengajak untuk datang ke sebuah diskusi menarik *is it?* (Isu yang telah lewat tapi masih hangat dibicarakan). Oke, kalau diskusi, presentasi atau seminar yang ada hubungannya dengan kerjaan tapi diskusi isu-isu hangat di negeri ini? Ah, not really my type. Mulai dari bahasannya, tempatnya gak jelas dimana, dan gue udah ada janji sama Si Wanita Setan buat membakar lemak malam ini.

Tetapi Si Rambut Merah pandai sekali menyebar isu-isu mulai dari “Siapa tau ada makanannya Nyeeet!” oke mulai pikir-pikir “Pasti masuk TV, kan terkenal tokohnya” hmm... bisa jadi. Kemudian dia bilang lagi “Elo ngapaaainn bengong si Kaki Berbulu gak ada”. Oke that’s it, gue ikutan!

Jadilah perjalanan random dimulai, dengan tiga teman kami lainnya, Mr. Otot, Ms. Blablabla and Hairy Man. Dimulai dengan



drama keberangkatan
(pergi-engga-pergi-engga; and i found my self in the middle of the car, heading to the discussion),
drama diperjalanan
(Si Rambut Merah keeps saying “Anterrr gw ke Mayaaapadaaa duluuuuuu....” *gue curiga alesan dia ikut biar ada yang nganter ke Mayapada LOL!*)
drama diperjalanan
(“Nyet gimana kita bail out aja? Sekarang nih pas lampu merah, lompat gih! Kabur! Pura-pura jadi orang gila!” kata Hairy Man *yes, Si Rambut Merah is really GOOD acting like one-or she is?*)

Oke, sesampainya di daerah sana lebih cepat 30 menit dan LAMPU MATI!
Mulailah drama penantian
(“Lo tau ga kalo lampu mati biasanya ada pembunuhan?”)

Sambil menanti kami memutuskan untuk makan malam di HEMA.

HEMA adalah Restoran makanan khas Negeri Kincir Angin dan Dam (ada di menunya fakta-fakta soal Belanda) dengan harga yang terjangkau dan rasa yang lumayan. I had “Something” Joe, a hod dog bun instead of sausage it has minced beef with bolognese sauce (19.000 IDR). Not so bad. And we feel dizzy after ate our dinner, and we conspire that we’ve been poisoned by our friend, who has diffrent drink (all of us drink tea except him the Hairy Man).

Enough having a conpiracy of “trying to kill us” dinner, we continue our journey (now, we’re 30 minutes late). We waved good bye for Hairy Man who can’t join us. And since he’s the only one who knows this area well, we’re completely blind (eh, untung lampunya udah nyala!). Oke, walaupun lampu sudah menyala, tidak berarti kami langsung menemukan tempatnya, and we’re lost. Akhirnya kami memutuskan untuk menanyai penjaga malam/satpam/jukir/mas-mas yang duduk dipojokan.


Mr. Otot: Mas Jalan Langsat dimana ya?
Mas-mas: Ini jalan Langsat
Ms. Blablabla: Kalo Rumah Langsat dimana?
Mas-mas: Rumah Langsat *bingung* alamatnya dimana?
Ms. Blablabla: jalan Langsat 1
Mr. Otot: Depan Labschool
Mas-mas: Labschool disono *nunjuk ke kiri*, kalo langsat satu deket Taman langsat..*ragu-ragu*
Si Muka Lebar: Taman Langsat di mana?
Mas-mas: ke sono *nunjuk ke kanan*
Tambah bingung deh kita.
Akhirnya bapak-bapak didekat mas-mas membebaskan kita dari lingkarankebingungan (yang nanya ga tau jalan yang ditanya kurang deskriptif), yang mana Jalan langsat satu itu ditengah antara labschool dan taman langsat.

Kami: Oooohhhh...

Tau kah kamu, Taman Langsat spooky sekali.
Gelap tan berlampu dan berpohon (Ya iya lah taman!).


Si Rambut Merah: Gw tau, ini adalah petunjuk, gue pasti akan punya rumah disini...
Si Muka Lebar: Iya dengan susana Elm Street, bukan Fairview...

Freddie or Bree?


Si rambut Merah: Ih, enak yah punya rumah disini menghadap taman...
Si Muka Lebar: Lo ga penasaran kenapa jendelanya ga ada yang menghadap ke taman?
Ms. Blablabla: Ih udaranya pasti sejuk didepan taman...
Si Muka Lebar: Kalo malem bisa “keliatan” apaan..... hiiiiiiii


Oke cukup drama-dramaan kita dan Taaaaa daaaa! Kita sampai ke Rumah Langsat untuk menghadiri Obrolan Langsat!

*bersambung*

Tuesday, 22 June 2010

Tujuh Belas Agustus (too early to be true)

Tujuh belas Agustus tahun empat lima itulah hari kemerdekaan kita!
Hari merdeka nusa dan bangsa hari lahirnya bangsa Indonesia, Mer-de-ka!

Hari Kemerdekaan bangsa ini jatuh pada tanggal 17 Agustus yang biasanya dirayakan jauh-jauh hari sebelum tujuh belas Agustus. Sepanjang ingatan saya, saya selalu ambil bagian dalam hiruk pikuk, gegap gempita persiapan perayaan peringatan kemerdekaan bangsa ini.

Waktu TK kami merayakannya dengan festival baju daerah. Hal yang paling saya ingat adalah ke toko penyewaan baju daerah. Ibu saya ingin putri cantiknya memakai pakaian adat Jawa. Baju adat Jawa dengan bahan bludru hitam, saya masi ingat, begitu panas, saya langsung berteriak "panaaassss...!~!!!" (waktu kecil itu kata favorit saya), akhirnya diganti dengan baju adat Jawa lainnya berupa kemben (agar lebih dingin).


Apakah saya tampak cantik? (Hell No! You Wish...)
Karena tidak bisa diam kembennya melorot kebawah (Hell..O I'm 4 years old girl, ain't got no boobs and the best part was...)

Setiap anak berjalan di depan kelas, kemudia menghormat di depan juri, (when it came my turn to take my first cat walk-ing)
saya berjalan (clueless)
semua menatap gemas (yes, i was one of the cutest chubby girl at school),
saya berjalan mentap bingung semua orang (i guess i was not sure what i'm doing)
sambil ngupil....
Jelas lah saya tidak dilahirkan untuk menjadi model.

Waktu SD dan SMP, saya selalu (wajib) ikut upacara bendera. Saya bukan penggemar upacara bendera. Bahkan ketika SMA upacara bendera adalah kewajiban untuk berdiri panas-panas, mengikuti protokol yang sama berulang-ulang. Waktu kelas 1 SMA (kelas I-1), tempat berdiri kelas saya tepat berada di bawah pohon (Yippie!), namun seiring meningkatnya kelas (kelas 2 dan 3) semakin bergeser ke kanan (TIDAK ADA POHON!). Melihat posisi semua orang saat upacara, hanya ada 2 group yang tidak kena panas, Paskibra (tertutup gedung kantin) dan Paduan Suara (tertutup pohon). Jadi dengan motifasi super idiot, saya masuk Paskibra (setelah sebelumnya mencoba Paduan Suara dan berselisih paham dengan ketua-nya dan saya sadar yang bernyanyi di depan bukan seluruh anggota paduan suara tapi hanya sebagian --> alah suara cempreng masalahnya!).

Selepas SMA, ternyata sebagai Mahasiswa Baru saya tidak dilepaskan dari kewajiban Upacara Bendera, tapi akhirnya saya bersedia karena ini adalah tugas mulia dan membangakan sebagai perwakilan kampus (dan ada uang jalannya YIPPIE!). Ini lah upacara bendera terakhir saya tahun 2004.

Oke, sudah 10 tahun berlalu sejak upacara bendera 17 Agustus terakhir. Setelah upacara terakhir itu, 17 Agustus dihabiskan dengan tidak melakukan apa-apa, tidak ikut merayakan 17-an dikomplek (alasannya pemuda komplek belagu), atau lomba di kampus (lombanya gak asik). Saya rindu terlibat dengan hiruk pikuk persiapan tujuh belasan. Saya bukan pula abdi negara, sehingga tidak ada kewajiban mengikuti upacara bendera.

Namun di tempat saya bekerja dalam rangka merayakan hari kemerdekaan bangsa, diadakan perlombaan persahabatan. Apakah saya ikut? Tentu saja, adalah hal yang membanggakan apabila kita bisa membela kantor bukan? (dan setiap latihan ada konsumsinya --> makan gratis!). Saya tidak hanya ikut satu, sampai 3 lomba (anak kos yang bahagia).

Terlepas dari lelombaan yang melelahkan dan dari tahun ke tahun konsumsinya semakin menurun. Saya benar-benar mempertanyakan, apa yang harusnya kita lakukan untuk merayakan kemerdekaan bangsa ini? Apakah harus upacara bendera? (berarti banyak yang tidak merayakan karena tidak semua orang wajib upacara bendera) Melakukan perlombaan dengan dana yang besar? (gembira apa gengsi bung?).

Hal yang saya ingat dan membekas dalam perayaan kemerdekaan adalah malam Sarasehan. Itu adalah acara SMA yang biasanya diadakan pada tanggal 16 Agustus malam. Kami seluruh murid baru dengan baju aneka profesi (dokter, tentara, guru dll) duduk di halaman tengah sekolah. Mendengarkan cerita para pahlawan perang (hey i was living in Hero City! There's plenty of them), dilanjutkan dengan perenungan dan berdoa untuk negeri ini. Mengapa malan ini sangat berkesan:
  1. Pemerintah tidak begitu menaruh perhatian pada pahlawan perang. Mereka adalah sejarah hidup (terlepas dari cerita ayah seorang teman "tentara yang masih hidup adalah yang sewaktu perang bersembunyi"; i always want to tell him "he's lucky to be alive and tell you story, om...");
  2. Banyak orang yang menggunakan pakaian guru. Tapi apakah mereka mau menjadi guru? Ternyata guru bukan profesi favorit di sekolah kami (yang katanya SMA unggulan) kalah pamor dari dokter, insinyur, lawyer (ehm!). Padahal guru memegang peranan penting dalam pembangunan SDM negeri ini (preet!). Kalau murid terbaik negeri ini tidak mau jadi guru, siapa yang jadi guru? (--> ini bukan generalisir, tapi terjadi di sebagian besar kasus ---> sok mbois deh gue);
  3. Saya menangis di bagian doa untuk negeri ini (yang berbicara Mas B atau Mas R, hey they really got me! -->cengeng!);
  4. Kue jajan pasarnya enak-enak (selalu mengambil bagian yang paling banyak);
  5. Di malam itu, mantan pacar (dulu pacar) menelpon dan mengajak bertemu (setalah satu tahun lebih LDR, dan tidak pernah bertemu) dan saya menolak untuk bertemu karena dia tidak memberitahu sebelumnya dia mau datang (i'm well organized kind of person --> preeettt; anyway i was wearing stupid *i forget what definitely not teacher* costume, there's no way i'm gonna meet him! --> pastinya menyesal kemudian --> see, why it didn't work out)

Pokoknya sangat berbekas acara sarasehan itu (terutama poin 4!)

Untuk acara tujuh belasan tahun ini, saya tidak merencanakan apa-apa. Tapi apa pun yang terjadi, mari berdoa dan berusaha yang terbaik untuk negeri ini.

Harapan itu masi ada! Semangattt! Dan tujuh belas Agustus masihhh lamaaaa!

DUA BULAN LAGI!

Sunday, 20 June 2010

FIFA not VIVA




What is so good of watching a football match?
Because it held every 4 years?
because everyone talks about it
(and it makes you feel "not cool" if you're not talk about it),
the soundtrack is good,
the merchandise is everywhere

It's just a bunch of tiny small little men on a wide green square,
ith small white dot, I hardly see.
Well, sometimes it's good when zoomed in (some of them are good looking)
but with that small faceless man,
you can't even know who's running and passing the ball
(thanks to vuvuzela it makes World Cup harder to watch, I can't hear the commentator).

Enough for the reason why I don't like to watch football on screen (big or small all the same)

Watching football is not my thing, definitely not my thing, not a big fan, not interested, I play, I don't watch. Boring. Either you are my Big Boss or I really love u that makes me want to watch one. And this (this = right now!) afternoon, I go out to watch World Cup (not to eat, not to see movie, not to do window shopping), since you are not My [BIG] Boss, it's because I love you. And please do me a favor, I want a non smoking room.

We headed to Cikini (after refuse Si Kaki Berbulu's plan to watch world cup in a place i know there is no "non smoking room" available). After checking couples of cafes in Cikini which has a large screen (showing the game of course) without non smoking room, or otherwise a cafe with NON smoking room without TV, we decided to go find another place to meet our criteria (large screen, non smoking and not expensive).

After minutes of discussion (the kind of potential fight discussion). We went to Grand Indonesia, after took a long walk (looking for the right place, and the game is already started), he [finally] gave up looking for a big screen, we choose a seafood restaurant, with TV on the wall showing the game, and unfortunately, our seat is side by side with the smoking room, the TV is near the smoking room, so that we can watch the game [this is the part i gave up].

The food was average. We ordered Smoked Crab, Squid with Padang Sauce, and Baby Kailan with Garlic, for appetizer we had shrimp cake with mayonnaise. I also ordered lemon and peterseli juice. The taste of my food is below [my standard] of delicious food, it was nice but not good enough. I had to eat it with "sambal terasi" to boost up the flavour. It was "hambar" and the vegetables is overcooked. I only enjoy the shrimp cake with mayonnaise, it was good.

Just before the half time, out of nowhere came this man, smoking in front of me with the smoke got to my face (is smoke flying?), we decided to move in the middle of the match. [after impulsive walk out -me did it- and serious discussion why we have to find another place]

So, here i am in the middle of a big hall in Grand Indonesia. Sitting on a synthetic grass that hurts my legs (it's pointy). Well, i am wearing a dress (well, it is a batik dress anyway not a designer made dress but still it is not comfortable) i just dont know how to sit. Where people (Si Kaki Berbulu) is watching, excited and screaming [is it goal or something? no? off side? ah whatever...] here i am writing this blog.




For me that don't know is it FIFA or VIVA [i didn't bother to ask, i thought VIVA was the right one], i think sitting here on this fake pointy grass [not really watch the game] is something.

So, don't be surprised, if one day you meet me in 1.30 am,
watching England screaming out laud their names [i do know and remember their NAMES!], getting really excited [even when the smokes is all around me].
Not, now. Someday perhaps?






Tuesday, 15 June 2010

One step ahead for a better tomorrow

I am glad to tell all of you, that from this now on....


I can use smiley! Bubbles blink emoticon.

:excited: Yay yay Cheerleader

Yaaaayyy!

:reallyslow:


Happy blogging!

Love Heart... things. ,
Si Muka Lebar

Friday, 11 June 2010

Bangkok day IV: Adios Bangkok!

9 Mei 2010

Hari terakhir di Bangkok, dan rencana kita pagi ini adalah, gak ada rencana!

Berdasarkan rencana awal seharusnya hari ini kita mengunjungi Siam, Erawan Shrine, Erawan Mall, yang mana Thanks to Red Shirts! kita gak bisa deh kesana. Akhirnya pagi ini setelah sarapan, kami terispirasi untuk ke Pratunam Market aja lah. Dekat dari hotel, dan kita hanya punya waktu sampai jam 1, kemudian check out.


Akhirnya pukul 9.30, berangkatlah kami dengan jalan kaki ke Pratunam Market. Jarak dari hotel ke Pratunam Market sangat dekat, hanya 10 menit jalan kaki. Ini lah satu-satunya pasar yang kami datangi, tanpa ribut, tanpa buka peta, jalan aja pake feeling, kita juga gak yakin sebenarnya dimana tempatnya. Tapi di Bangkok, setiap pasar selalu ada petunjuk jalan resmi (yang pake tulisan keriting yang gak akan kita mengerti) bergambar timbangan (semacam timbangan gitu deh). Sehingga, begitu kita melihat petunjuk jalan bergambar timbangan itu kita belok kiri. Apapun namanya pasti ada pasar disitu.


Ternyata betul, itu adalah Pratunam Market, yang merupakan ruko nempel-nempel, dengan kios kecil2 (super kecil sampai tidak ada meja dan kasir) semua isinya baju dan ber-AC. Baju-baju anak muda jaman sekarang, belinya minimal harus 3 biji dan gak boleh dicoba. Karena saking lucunya, akhirnya Si Muka Lebar membeli 3 baju (yang sama) yang akhirnya dijadikan oleh-oleh. Dan hasil muter-muter sejam di Pasar Pratunam, banyakan beli oleh-olehnya dari pada buat diri sendiri (iya lah, beli 1 buat sendiri bonus 2 buat oleh-oleh... hehehe). Setelah sedikit lagi muter-muter, kami memutuskan untuk kembali ke hotel, untuk packing sebelum check out. Diperjalanan ke Hotel tak lupa membeli tas lagi, karena belanjaan yang lebih banyak dan cemilan! Yes, dipinggir jalan banyak penjual cemilan dan minuman. Yummy!

Cumi dengan saus asam Thailand (bukan manis ya) , my favorite!

Kembali ke hotel kami packing dan check out sekaligus menitip tas, tak lupa memesan taxi untuk pukul 5 sore (penerbangan kami pukul 20.15 atau 19.45 gitu lupa). Oke rencana kami kali ini adalah makan siang di Chote Chitr, tempat makanan Bangkok yang terkenal, dengan naik bus ke Bona Niwes, lanjut dengan naik taxi. Ternyata oh ternyata, kami salah naik Bus. Hehehe.

Jadilah kami turun di MBK dekat Stasiun BTS National Stadium. Segera memanggil Taxi, dan beruntunglah kami mendapat supir taxi yang mengerti bahasa inggris (Sedikit...). maka kami minta supir taxi itu mengantar kami ke Chote Chitr, yang menurut peta tinggal lurus sekitar 5 km, dan masuk gang belok-belok dikit sampai. Ternyata supir taxi mengatakan, "we cant, one way..." ternyata jalan di depan kami memang searah. Jadilah taxi harus belok kiri, dan menjelaskan, bahwa untuk sampai ke tujuan jalannya harus berputar-putar, and it's a long way to go, dan the traffic is really bad. Mengingat kami juga tidak punya banyak waktu. Maka kami mita diantar ke Hualampong Station (karena itu tempat yang paling dekat dengan kami saat itu).


Hualampong Station

Setelah turun, dengan panas menyengat (seriously, topi tidak mempan menangkal panasnya china town, harus combo topi+payung) kami duduk di emperan Hualampong Station (Ada tanda Smoking Room, namun bukan "room" juga, melainkan emperan gedung). Menganalisis Peta (kali ini tanpa perdebatan berarti) untuk mencari tempat wisata sekitar. Ternyata kami sudah dekat dengan China Town, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki ke China Town, menuju Wat Trimit. Oke, China Town di Bangkok, sama seperti China Town di kota-kota lainnya. Namun ruko-ruko yang tutup dan jalanan yang sepi, setiap gang tampak sama saja. No, wonder we can get lost easily.


Get lost in China Town (susah juga kalo petunjuk jalannya keriting semua)

Ternyata ada bahasa latin dibaliknya. Hohoho


di China Town dan Happy Buddha

Dengan sedikit bingung arah, kami sampai ke Wat Trimit. Kami masuk untuk berfoto, tapi tidak ingin bayar kami hanya di halaman saja (Supeerrrrrr Pelitttttttt).

Setelah itu kami membeli duren di kios dekat Wat Trimit. Mengingat Duren tidak dapat dibawa naik MRT, maka kami memutuskan untuk mencari tempat untuk makan. Maka mulai lah kami mutar-mutar china town untuk mencari taman, kursi dipinggir jalan atau sarana lainnya yang bisa membatu kita menikmati Deren.

Akhirnya sampailah kami pada halte bus dengan pohon rindang dan kursi berhadap-hadapan. Ini pasti spot paling sejuk di China Town dibawah bayangan ruko dan pohon, angin sepoi-sepoi, dan sesekali hembusan angin bus lewat bersama debunya. Tempat ideal! Jackpot! Mungkin karena memang tempat yang nyaman, ada orang yang tertidur sembari menunggu bus.

Jadi lah kami duduk dan menikmati Duren di halte bus pinggir jalan. Yummy.



Setelah habis duren, kami pun berjalan kaki kembali menuju Hualampong Station, untuk naik MRT. Ternyata ditengah jalan si Kaki Berbulu keseleo, sehingga sulit untuk berjalan. Akhirnya kami memutuskan untuk mampir ke MBK (lagi) untuk pijat (lagi). Ya, jadilah kami naik MRT ke Sukhumvit, dan menyambung BTS, yang bodohnya, kita salah turun di Siam (seharusnya naik sekali lagi, turun di National Stadium). Walaupun jarak Stasiun BTS Siam ke MBK hanya berjarak 15 Menit jalan kaki, tetap saja, Si Kaki Berbulu sakit kaki dan letak BTS itu ditengah-tengah camp Red Shirts. Yak, jadilah ini kunjungan kedua kami di kamp ini. Ternyata di pinggir jalan yang ditutup Red Shirts masih banyak pedagang makanan, baju, dan ruko-ruko masih buka (kecuali mall besar). Untungnya kali ini tidak ada lagu kebangsaan Thailand. Hehe.

Setelah sampai ke MBK, pijet, bertemu dengan Lisa dan Aria dan kami kembali ke Hotel. Kali ini kami naik BTS dari National Stadium (ke arah Mo Chit) turun di Stasiun setelah Stasiun BTS Ratchathewi. Dari sini kami baru naik Taxi ke hotel. Sampai di depan gang hotel, kami punya 15 Menit untuk membeli cemilan dan Thai Ice Tea, sementara Lisa membeli Tas (karena belanjaannya nambah lagi).




Bakso dan sosis panggang serta thai ice tea murah (di Jakarta banyak tapi Maaahalll!) yang akan kurindukan :'(

Dengan panik kocar-kacir kami kembali ke hotel. Dan siap memasukan brang ke Taxi, yang ternyata, barang kami kebanyakan (maklum gw nambah 2 tas, lisa nambah 3 tas). Ternyata supir taxi sudah terbiasa dengan hal ini, maka dia sudah menyiapkan tali pengait untuk menahan bagasi mobil yang menganga (cerdas, walaupun khawatir jatuh).
Sebelum meninggalkan Bangkok...
Hari terakhir adalah hari yang paling berkesan buat gue karena ini adalah satu-satunya hari dimana gak ada ribut ribet tentang milih jalan yang mana, dan kita berhasil menipu orang yang berusaha menipu kita (hehehehe... rasa senang ini beralasan karena ini ketiga kalinya kami menghadapi pria-pria sok-sok baik ini).

Jadi ceritanya (yak kembali ke jalan setelah mengunjungi Wat Trimit) ditengah-tengah kami mencari tempat makan duren (yah tampang kami memang seperti turis yang kebingungan... cari tempat makan DUREN!) ada pria (sok baik lagi-lagi *Si Muka Lebar curigaan mulu nih...*) nanya kita

Mr. Sok Baik : Hallo where are you going?
Kaki Berbulu : We're just walking around...
Mr. Sok SKSD : Ah, do you wanna go to blablabla...
Kaki Berbulu : We have been here for 3 days, we have visited (blablabla..sebut deh semua tempat wisata)
Mr. Sok Inovatif : (gak habis akal) Ah, have u ride the boat to blablabla (*Buset kita ga tau apaan tu*)

Muka Lebar : Yeah, yeah, we did it yesterday.
Mr. Sok Curious : How much did you pay?
Muka Lebar : (mampus berapaan ya?) I didnt know. Our friend paid for us.
Mr. Gak kehabisan Akal: Oke, how many days will you stay here?
Kaki Berbulu : Actually this is our last day.
Mr. Kalah Telak : Oh.....


(tinta merah adalah bohong belaka)


Dengan sukses kami sampai ke bandara (walaupun super macet dijalan),


dan sukses check in (walaupun lisa akhirnya kena excess fee, krn over weight).

(semoga barang gue gak over weight)


we will come back someday.

Adios Bangkok!

Thursday, 10 June 2010

Catper Bali IV: Under the sun

29 November 2009

Hari ini jadwalnya check out.
Oke sebenarnya hari ini kami dijadwalkan pulang kembali ke Jakarta Pukul 21.00 namun sayang sekali maskapai andalan kami, nampaknya tidak dapat diandalkan kali ini. Karena keberangkatan kami ditunda jadi besok pagi jam 10.00 (WTF?!?!). Jadi mau kemana kami malam ini setalah check out? ngemper nampaknya. Yang jelas sewa mobil kita perpanjang, at least we have a car to sleep (loh?).

Oke, bangun pagi, selesai packing kita sarapan (benar-benar like a King kali ini, karena bekal ham untuk makan siang sudah habis) dan langsung Check out. Jadwal kami hari ini mencari Pura Tanah Lot, yeaaaa! Seumur-umur kami belum pernah kesana, berbekal GPS maka kami menyusuri jalan menuju (menurut tulisan GPS: Tanah Lot) setelah bolak-balik dan sejam muter-muter, sampai lah kami di pantai yang sangat sepi.


Apakah ini Tanah Lot? We were totally have no idea. Yang jelas ada kuil di pinggir pantai. banyak batu2 besar disekelilingnya. Tapi gambar Pura-nya tidak seperti yang di majalah-majalah. Pantainya pasirnya hitam. Dan sepi sekali. Ya, kami nampak seperti turis kesasar, tapi ya sudah sampai, kami memutuskan untuk turun dan foto-foto. Yang jelas ini bukan Pura Tanah Lot yang ada di Tipi-tipi. Kami sampai pukul 12 lebih dan panasnya minta ampun, puas berfoto di karang. kami memutuskan untuk berfoto di pantai.



Oke as i said, pantainya pasir hitam, dan tampak seperti berlian hitam, karena berkilau dibawah sinar matahari. Yang bikin takut, banyak bolong-bolong di pasir pantai. Kalo di tipi, itu kan sarang ularrrr! Hiiiiiiiiiii, atau kepiting sih. Tetep aja, bahaya. Jadi diatas pantai Muka Lebar resah sekali. untungnya kita bisa segera cabut dari situ.
Kami sangat lapar dan memutuskan untuk makan di Denpasar, niat kami makan Nasi Campur Warung Wardhani, sayang sekali kami tiba pukul 2 siang dan sudah habis! Akhirnya, kami memutuskan makan nasi campur bali di Warung Satria masih di daerah yang sama dengan Warung Wardhani. Seporsi seharga 20.000 IDR. Oke, kami makan dengan lahap. Enak!

Oke setalah makan nasi campur kami memutuskan untuk menikmati pantai, maka pergilah kami ke Pantai Padang-padang dengan harapan bisa melihat sunset. Sesampainya di Pantai Padang-padang sudah ada banyak orang disitu dan sunset tertutup karang besar. But we enjoy the beach anyway. Dibandingkan dengan Dream Land, di Pantai Padang-padang tidak ada pedagang yang menggangu berkeliling menjajakan segala macam.







We enjoyed our last sunset in Bali (buat trip kali ini lohh yaaa).

Setelah sunset dan langit pun berangsur-angsur gelap, kami memutuskan untuk kembali ke mobil, dan ganti baju disana, ternyata di parkiran Pantai Padang-padang ada pertunjukan Tari Kecak dengan tarif 50.000 IDR, ingin sekali kami nonton, but kembali ke poin awal, akhir bulan kere!


Rencana makan malam kali ini adalah Jimbaran. Siapa sih yang gak tau sederetan restoran di pinggir pantai, menjual aneka macam seafood dengan harga yang MAHAL. Oke, sebelumnya, ekspektasi si Muka Lebar adalah dengan harga yang mahal, dia ingin makanan yang nikmat. And it turned out seluruh makanannya hambar. Seriously, bete sejadi-jadinya. Muka Lebar menganggap ini adalah perkara salah pilih restoran. She thought that it was just a bad luck and she hope the Bali Blast in Jimbaran is not caused by a dissapointed costumer.

Malam pun tiba, kami berputar-putar Kuta dengan naik mobil, dan berdiskusi, oke kita tidur di mobil atau cari tempat murah untuk tidur. Akhirnya dengan sangat letih, kami teringat bahwa ada Tune Hotel baru buka di dekat Matahari Kuta. tepatnya di jalan Khayangan Suci. Maka Si Kaki Berbulu segera menuju kesana. Sesampainya disana, ternyata mobil tidak dapat diparkir disana, dan Kaki Berbulu memilih untuk memarkir mobil di Matahari.

As a transit hotel, Tune Hotel sangat compact fasilitasnya, jadi malam itu, Muka Lebar memesan kamar Standard (Kasur Single, yang panjangnya 2 kali kubikel di kantor, dengan lebar serentangan tangan si Kaki Berbulu) dengan handuk dan peralatan mandi (dijual terpisah dengan kamar) seharga total 117.ooo IDR (Yes, great!) dan seharusnya kamar ini hanya pakai FAN, karena baru buka, we got AC for Free! (seharusnya nambah 50.ooo IDR untuk 8 Jam).

Malam itu, kami tidur di kamar super sempit.


Sambil mengucap syukur karena tidak harus bermalam di mobil, mendapatkan kasur empuk dan nyaman, AC yang dingin, WC yang bersih.

Catper Bali III: Me and the Monkey

28 November 2010

Pagi hari yang cerah, kami turun untuk sarapan di Hotel. Restoran itu merupakan sebuah teras yang luas, dengan pemandangan lepas langsung ke kolam renang dan pantai. Teras ini dikelilingi kolam teratai yang cantik dan taman yang indah.

Makananya bervariasi, barat, asia, salad, cereal, buah. Oke dengan azas penghematan tingkat tinggi. Breakfast like a King (Secara maksi kita cukup setangkup sandwich saja). Jadi dimulai dengan omlette, asian section, meat section, dst (kita makan berkali-kali ngambil) ditutup dengan buah dan cereal. Ups, sayang sekali sodara-sodara ternyata cereal (susu tepatnya) membuat perut bergejolak. Sehingga sarapan nikmat ini harus diakhiri.


Oke hari ini, kita sewa mobil jadi Sayonara Panas! (Seperti tagline artis paporit Kaki Berbulu yang sex tape-nya lagi heboh di media). Hehehe. Mobil pukul 10 pagi sudah diantar ke Hotel. Rencana hari ini adalah kita ingin mengunjungi Ubud, Desa Ubud yang dikenal dengan desa seni. Oke, peta ditangan siap (ternyata peta itu skala besar-peta pulau bali), jadilah kita bergantung pada GPS BB dan tanya-tanya orang di jalan.

Ubud adalah daerah pegunungan, lebih dingin, dengan banyak sawah di kiri dan kanan, plus toko lukisan. Sebenarnya pemandangan di Ubud ini sama seperti pemandangan jalan-jalan pedesaan (Misalnya, hanya pedesaan yang pernah dikunjungi Muka Lebar) di Gabus, Pati Jawa Tengah dan Glenmore atau desa-desa sekitarnya di Banyuwangi. Tapi di Ubud banyak toko lukisan, beberapa menjual patung dan ukir-ukiran atau pengrajin perak disepanjang jalan.

Road to Ubud (or it's Ubud already?)


Kami sebenarnya tidak punya rencana apa pun disini. Tapi kemudian entah mengapa kami menuju Sangeh, the Monkey Forest. Dengan membayar uang masuk terlebih dahulu (Ah lupa, berapa!) plus pisang seencrit seharga 10.000 IDR buat ngasi makan monyet-monyet. Kami masuk tanpa Guide (ternyata disarankan pake Guide). Oke monyet-monyet ini lucu, kalau pas lagi lucu. Pengalaman buruk terjadi ketika justru setelah si Kaki Berbulu berhasil mendekati monyet-monyet itu.


Terispirasi si Muka Lebar berusaha mendekati seekor monyet yang sedang makan, dan beginilah kejadiannya...

Muka Lebar: halo monyet kita foto yah...
(tersenyum super manis seraya membungkuk mendekati monyet)

Monyet: (berhenti makan.. memandang si Muka Lebar “Makhluk apa ini?”)
Muka lebar mendekat dan tiba-tiba


Monyet: Ngiiiiikkk.......! Isssshhhhh.. Iisssshhhh!
(menyeru sambil mengeluarkan semua giginya)
Muka Lebar:
Huaaaaa!!!!!!!!!!!!!!

Singkat kata it didn’t go well. Me and the Monkey are not meant to be together. Melihat gerakan monyet-monyet disini, memang ada beberapa yang menunjukan agresifitas berlebih, terutama ketika pada saat kami disana, ada para warga (pemelihara kuil?) yang memberi sesajen. Setelah mereka pergi, monyet-monyet berkeliaran memperebutkan sajen yang baru saja diberikan. Dan seorang turis bule yang montok, dinaikin monyet hingga lari terbirit-birit. So, just be careful when you're near them.


Agak siangan kami melewati Dirty Duck atau Bebek Bengil (ini kali kedua sebenarnya kami melewati tempat makan terkenal ini), dan segala rayuan (“ayo, lah sayang jarang-jarang kesini masa gak nyoba?” rayu Kaki Berbulu) akhirnya kami turun dan memutuskan makan disitu. Restorannya masi ramai, mengingat sudah lewat jam makan siang. Dan kami memutuskan makan di pendopo belakang. Oke liat menu, wow harganya cukup MAHAL! (yes, untuk ukuran profesi kami, mungkin kami adalah pelaku profesi ini paling kere sejagad raya!!) Jadilah makan Nasi Bebek Set (satu saja yah) seharga 67.000 IDR, dan kebetulan ketemu teman si Kaki Berbulu yang baru saja selesai makan juga (melihat meja mereka kayanya seorang dapet dua piring... hehehe, engga deng lebay).

Sepiring Nasi Bebek diantarkan (si embak-embak pasi mikir kasian amat ni orang pesen cuma satu). Oke, melihat bentuk si bebek, Muka Lebar berpikir “Mana Dirty-nya?”. Bebeknya bersih, Licin (ga ada bulu2 yg suka nyisa atau berintil2 cabut bulu), tidak ada minyak berlebih (kalo bilang gak berminyak gak mungkin, secara ini bebek goreng). Yang masak ini pasti belom pernah makan Bebek Sayang Anak atau Karang Empat di Surabaya atau bebek Yogi di Jakarta. Ini mah bebek bersih! Di hadirkan dengan komplimen apa (lupa gak terlalu berkesan) dan sambel mentah Bali (sambel bawang itu loh). Rasana enak. Dagingnya gurih dan empuk, apalagi dimakan sama sambel bawang (ngincipnya cm itu, jd komennya cm bisa itu aja) sisanya si Kaki Berbulu menandaskan Bebek Bengil yang bersih itu.

Kembalinya ke Kuta, saat sunset di apa Road gitu, apa sunset road yah? Tapi kami memang bisa menikmati sunset sambil berkendara. Tak lupa sebelum kembali ke hotel kami mampir ke Cozy untuk pijat refleksi.

Sesudah Pijat Refleksi, karena sudah terlalu malam, kami memutuskan untuk langsung makan malam. Biar searah kami makan di Warung Made yang terletak di daerah Seminyak.

Ini pertama kali si Muka Lebar makan di the famous Warung Made, and it is a really nice place to eat and hang out. Ambience-nya gembira dan ceria, dengan live music dan ada lantai dansa. Setiap orang makan, tertawa dan bergembira disana. It’s not a pub or bar, it’s a restaurant. Makanannya so-so, harganya lumayan mahal (Dari 30.000 IDR). Sayang sekali kita tidak mendapat tempat di bawah (pusat keramaian) kita mendapat tempat di lantai dua, namun tetap bisa mengamati keceriaan di lantai bawah.

Kembali ke hotel, capek sekali, langsung ngoroookkk. Groookkkk...

Wednesday, 9 June 2010

A Beautiful Sunday Morning

Setelah gagal minggu lalu, akhirnya di Minggu pagi yang mendung ini kami memutuskan untuk berpiknik di Monas!!! Formasi piknik kali ini adalah Si Muka Lebar dan Chipz, kemudian ada teman kerja Chipz, Mba Indreeinong dan teman SMP kami the coolest girl on earth, Ravanovanakeren! Dibuatlah rencana sehari sebelumnya, kita akan membeli sandwich. Everybody eat sandwich at a Picnic, accompanied with Apple Juice plus pretty cupcakes or muffin. Hm, lovely...

(terinspirasi Piknik Samantha di Sex & the City 2, minus the desert, the haute couture dresses, the Manolo Blahnik shoes, and the camel) but we try our best to dressed up (oh this is the best we can do!).

Oke perjalanan menuju piknik dimulai dari Chipz dan Mba Indreeinong menjemput si Muka Lebar (yang telat bangun). Karena ada acara malam sebelumnya Chipz tidak dapat membeli makanan picnic yang telah direncanakan. Jadilah kami mampir ke Circle K untuk membeli makanan piknik, dan saat itulah hujan turun (yah kita memang well prepared banget!). Well, maybe it's the sign that we'll have a good day (optimis). Ravanovanakeren telat bangun dan harus boker dulu (gila yah dia pake boker padahal si Muka Lebar -telat bangun juga- gak pake boker segala!).
Sampai lah kami di Monas, hujan telah berhenti, hanya awan tipis menggantung di langit Jakarta. Oke, great! Maka kami turunlah dengan tas super gede si Muka Lebar (Membawa topi super lebar si Maria Mercedes, selendang dan buku bacaan piknik). Chipz dengan dress hijau dengan bahan ringan dan Mba Indreeinong mengenakan celana pendek dan sweet shirt, both with candy color tak lupa si plastik Circle K dan tikar plus koran.
Tahukah kalian kalau di Monas hari Minggu banyak orang olah raga?
Well, as (maybe) this is our first time, visiting Monas in a cloudy Sunday morning.
We're clueless...

jadilah kami berjalan masuk Monas (yang penuh dengan orang-orang -yg mungkin belum mandi dan keringetan- pakai baju olah raga), dilihatin orang-orang, disuitin mas-mas. Oke, untung gak jadi pake wedges shoes (semangat picnic in style). Kami dengan cepat masuk hutan, dan mencari tempat yang tepat untuk menggelar tikar! Setelah melewati mas-mas piknik di trotoar, mas-mba pacaran dengan lagu mellow mendayu-dayu dari HP (aww so sweeet...), we found the right spot. Tanah lebar yang tidak dekat dengan trotoar diatasnya banyak pohon.
Mulai lah piknik pagi ini, makan dan bercerita. Tiba-tiba, seorang pria (mas-mas), mendekati tempat kami dan memutari tempat piknik kami, DUA KALI! Sinting gak sih, kita langsung was-was plus ketakutan. Utung setalah mutar-mutar dia pergi dan sambil jalan dia memutari pohon dan lampu taman, masing-masing, dua kali. Kita memutuskan dia orang gila (Berharap arsitek Denmark yang menghampiri kita, hihihi...). Tidak cukup si mas-mas putar-putar, tak lama kemudian ada seorang pria (yang menurut Chipz ngeliatin kita dari tadi), sadar sedang diperhatikan Chipz dengan insting Meerkat-nya, langsung bangkit,
dan memandang pria itu balik. Kami tidak nyaman dengan perhatian berlebih. Dan teruslah kegiatan saling memandang terjadi beberapa kali, hingga pria itu menelfon si Chipz dengan lebay-nya (i should warn u, Chipz is Super Lebay 1, means SHE IS EXTREMELY LEBAY!!!)
"Dia nelpon temen-temennya! Dia manggil temen-temennya!!!!!"
Menghasilkan Panik dan Kebelet Boker (Panik cenderung menghasilkan rasa tidak nyaman di perut, terutama yg belom boker, jd kebelet, pernahkah kalian Panik sebelum presentasi? apakah diiringi HIP -hasrat ingin pup-?).


Setelah pria itu berlalu, dan kami mengambil kesimpulan, pria itu menelpon pacarnya, dan tempat ia nongrong biasanya adalah tempat piknik kami. dan dalam pembicaraan telponnya dengan sang pacar dia menyebutkan "babe, aku diliatin cewe aneh dari tadi. ihh, aku kan udah punya pacar. tapi dia ngeliatin aku terus!". Kesimpulan (sepihak) kami membuat suasana lebih tenang, namun tidak berhasil mengilangkan HIP (Sial!).

Belum lagi si Ravanovanakeren yang belum datang-datang. walaupun telah diberi ancer-ancer posisi kita (yang agak antah berantah di tengah hutan monas), seperti masuk ada orang senam pagi (yang kayanya pas Ravanovanakeren datang udah bubaran), naik trotoar, ikutin sampai ada trotoar yang berumput, belok kiri, ada orang pacaran (yang kita berdoa agar si orang pacaran gak pindah biar Ravanovanakeren lihat), lalu kami di sisi kiri (sebenarnya lebih mudah mengatakan posisi kami sejajar Museum Gajah, yang baru dikatahui kemudian).

Akhirnya Ravanovanakeren sampai juga, dan mulailah kami bercerita dan foto-foto diselingi HIP tingkat tinggi, yang hanya hilang kalau Ravanovanakeren meminjamkan kameranya si cantik, kepada si Muka Lebar (yah ketauan deh yang kebelet siapa) dan menyebabkan si Muka Lebar dan Mba Indreeinong naksir berat dengan kamera itu.

(yes HIP tiada tara kalo ga megang kamera)

we're happy people!!

Ravanovanakeren dengan kameranya yang cantik (pengen moto kameranya tapi bigung gimana caranya)

Si muka lebar as photographer assistant (yeay, i'm photographer in the making... tunggu tanggal mainnya!)


"Tiny Mini Monas and Chipz"

Hasil piknik kali ini adalah, foto-foto cantik kami berbagai pose (oke si Muka Lebar gak ada muka cantik karena gak bisa diem difoto sisanya kebelet boker). Kami pulang saat matahari mulai tinggi dan HIP benar-benar tidak dapat ditahan lagi.
Thanks to Ravanovanakeren for the camera, the photo session and editing the pics!