Daisypath Anniversary tickers

Tuesday 25 December 2012

A Rainy Tuesday

A lazy tuesday. Si kucinganteng sesuai hakikatnya sebagai kucing, sejak pagi bermalas-malasan dirumah. Dikasur tidur dikaki ibunya, si Muka Lebar. Krrrr... Krrrr... Krrr... Setiap tarikan nafas si Kucinganteng berat, kasar dan beritme...
Hari ini libur, si kucinganteng tau, karena biasanya si Muka Lebar akan bangun setelah 3 kali kotak hitam yang berkedip merah berbunyi, bunyi-bunyian yang selalu mengganggu di pagi hari. Si muka lebar akan bangun dengan kesal, menghentikan bunyi-bunyian, dan dia selalu datang untuk mengacak-acak bulu si kucinganteng dan masuk kamar mandi, dan tak lama setelah keluar kamar mandi tercium bau-bauan, dia pergi dan tak kembali sampai malam.
Pagi ini si Muka Lebar setelah keluar kamar mandi kembali tidur, dan si kucinganteng senang bukan main. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain tidur di kaki si Muka Lebar. Hangat. Hari ini matahari tak kunjung terlihat, mendung!
Dan setelah mendung, tak lama hujan pun turun. Tiada yang lebih nikmat, dibanding tidur disaat hujan, di kaki si muka lebar.
Tak lama setelah, hujan turun... Si kucinganteng menegakan telinganya, Oh tidak, hujan tampak turun dengan kencang disertai angin.  ranting pohon terdengar saling memukul-mukul. Dan yang ditakutkan si kucinganteng terjadi, petir! Dan ketika kilatan cahaya putih terlihat dibalik gorden jendela yang masih tertutup, seperti kilatan cahaya benda hitam, yang pernah dibawa si muka lebar di depan si kucinganteng, "cheers" begitu nama benda itu. "BLAAARRRR!!!" suara petir menggelegar, bergema dan kaca bergetar.
Si kucinganteng takut setengah mati, bulu berdiri, dan segera bangun dan pindah didepan muka si muka lebar. Si kucinganteng pun teringat masa lalu, saat ia kecil dan disaat terakhir kalinya melihat ibunya, kakaknya yang juga bapaknya (inces biasa terjadi di dunia kucing), si muka lebar membawanya ke rumah baru dan memanggilnya si kucinganteng.
Kamar panjang, dan keranjang jelek dengan handuk baru. Nasi hangat dan bandeng kukus, yaiks aneh. Si kucinganteng tidak memakan makanan itu, dan akhirnya hanya makan wishkas yang ditempel keju, disuapi satu-per-satu oleh si muka lebar.
Malam pun tiba, dan hujan pun turun. Si kucinganteng ketakutan setengah mati. Petir menyambar, seluruh bulunya di tubuh mungil kurusnya berdiri, dan ia keluar dari keranjang jelek itu, menuju si muka lebar. Muka lebar tidur pulas seakan tidak takut dengan kerasnya petir, si kucinganteng ketakutan setengah mati. Meringkuk dilantai, dibawah tempat tidur si muka lebar. Menangis tanpa suara (si kucinganteng punya kelainan yaitu super cute, malas bergerak dan tak bersuara, kelainan yg dicintai si muka lebar setengah mati).
Si muka lebar tiba-tiba bangun, dan dengan mengantuk mengangkat si kucinganteng ke tempat tidur, ditaruhnya kucing kecil dikakinya. Petir yang menakutkan terus berbunyi, si kucinganteng kecil sambil menggigil pindah dan duduk didepan hidung si muka lebar. Si muka lebar bangun, "aduh km takut petir ya. Jng nutupin hidung aku ga bisa nafas." si muka lebar menaruh tanganya diatas kepala dan punggung si kucinganteng memeluknya dengan tangan besar, kucing mungil yang badannya sedikit lebih besar dari tangan si muka lebar, pun merasa aman dan tidur sampai pagi.
Kali ini pun sama, suara petir menyambar, menggegar dan tak kunjung berhenti, si kucinganteng duduk didepan muka ibunya "buset, pantes gatel muka.., kenapa petir ya?" ujar si muka lebar terbangun, kali ini si kucinganteng yang gendut bak buntelan bantal king koil, tangan si muka lebar tenggelam dibulunya yang berdiri. "sini-sini", ucap si muka lebar, menarik si kucinganteng, ibunya meringkuk seperti huruf c, dan si kucinganteng dipeluk diperut si muka lebar. Hangat dan aman, si kucinganteng pun tak takut lagi dengat petir menggelegar dan hujan angin di luar sana.
Si kucinganteng dan muka lebar pun tertidur sampai sore, sampai perut lapar membangunkan mereka.
Yam yam!

No comments:

Post a Comment