Daisypath Anniversary tickers

Saturday 25 August 2012

Indonesia: Dari Sabang sampai Marauke*

Gue bukan nasionalis. Jujur saja,gue bangga jd bangsa Indonesia, tapi ga seniat temen2 gue yang mau demo ke jln untuk nasib bangsa, atau jadi pns untuk mengabdi pada negara, atau pusing2 mikirin isu bangsa ini, apalagi sampe masuk organisasi kebangsaan (kecuali isu pariwisata mau deh gue ikut mikirin).

Hari ini adalah hari terakhir suatu workshop tentang human rights, yang bahasannya ga jelas antara human rights, business process apa kepastian hukum, ya pokoknya seputaran itu. Bukan materi workshop yang mau gue ceritain, tapi gue ketemu sama seorang gadis (kira2 begitu lah kan belom kewong cynn...) yang berasal dari Aceh. Karena dia dari Aceh, dan kemarin baru aja gempa Sukabumi yang katanya 6.1 SR (ini adalah skala ritcher, bkn tmn gue yg br melahirkan dan gue kira bayinya cowo pdhl cewe), kita ngobrol lah soal gempa. Satu statement dari dia yg bikin gue kaget "setelah gempa relawan asing lngs dtg, hari pertama stlh gempa, bantuan org Indonesia gak ada sama sekali. Gue sampe sebel, bener #$& (menyebut nama gerakan sparatis di daerahnya) ngapain jadi bangsa Indonesia. Gue benci.." selanjutnya dia cerita bagaimana distribusi bantuan yg ga cepat disalurkan, bantuan yg tertahan di Medan, sampai kadarluwasa, terlebih lagi bantuan evakuasi lewat udara yang dilakukan salah satu maskapai penerbangan nasional yang menurut dia birokrasinya bertele-tele. Dia sendiri dievakuasi ke Medan dengan pesawat Australia, yang menurut dia tanpa birokrasi yg lngs memuat warga selama kapasitas pesawat masih cukup.

Gue otomatis bilang ke dia "gue minta maaf (atas nama bangsa ini???) tapi mungkin saat itu bangsa kita sedang koordinasi bantuan, kita kan ga pernah kena bencana besar sebelumnya..blablabla" mulai lah gue membela mengapa bantuan terlambat, yang gue kagetkan selain statement teman baru gue ini, adalah reaksi gue yg langsung minta maaf, dan membuat justifikasi agar sang teman baru tidak merasa ditinggalkan... Ya mungkin pointless, karena peristiwa itu sudah 8 tahun berlalu, alasan pembenar gue juga mungkin ga benar sama sekali, atau mungkin semoga dia sudah lupa dan memaafkan atau memahami ketidak mampuan pemerintahan untuk cepat tanggap dalam keadaan darurat. Tapi bagian cerita dia sempat ga mau dan benci jadi bangsa Indonesia, bikin gue kepikiran sampe malem ini...

Gue baca dibuku Sejarah Kecil Indonesia-nya Rosihah Anwar (pastinya bukan buku gue tp buku suami gue si Kaki Berbulu) gimana sejarah Aceh dahulu, ya sedikit2 lo tau lah sejarahnya... Ya, mungkin ketidak sukaan itu ada ya, (ya elaah pemerintah  apalagi kelakuan anggota dewan yg bikin enek siape sih yg suka...) tapi sampai memikirkan mau merdeka, pasti sedih sekali rasanya... gue   ga bs membiarkan teman gue memikirkan hal semacam itu, jadi ga tenang gue skrg, jadi kepikiran, dia masih mikir gitu gak yah... I hope she is not. It was years ago, she was young and devastated...

Lesson learned today, gue peduli sama Indonesia ini walaupun gue gak ikutan demo dijalan. Gue peduli Indonesia itu adalah dari Sabang sampai Marauke. Gue pernah baca buku tua di library fakultas hukum, judulnya Indonesia motherland ato apa gitu, yg nulis Mutatuli kalo ga salah, itu buku tua, dan si penulis menggambarkan Indonesia dengan bahasa yg bikin seluruh bulu kuduk lo bediri.... Gue sedih sama org Indonesia yg gak mau jd org Indonesia... Kecuali ikut suami (kodrat istri kan ikut suami cynnn) rasanya kalo harus gak jd orang Indonesia lg pasti sedih bgt...

I dont know what other people think, tapi kalau kesempatan itu ada gue ingin seperti lagu nasional, Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki  "Indonesia tanah lahir beta, ... disana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda,.... tempat akhir menutup mata..."**


*ditulis sudah lama --thanks to sinyal penthouse yang kacrutnya luarbiasa--, dan baru dipublish sekarang
**baru dapet googling, sumbernya disini.

1 comment: